Badai PHK Hantam Industri Gim Global, Developer Lokal Masih Aman?

Crysania Suhartanto
Rabu, 28 Februari 2024 | 17:42 WIB
Pengguna bermain game di smartphone saat liburan natal dan tahun baru/dok. Telkomsel
Pengguna bermain game di smartphone saat liburan natal dan tahun baru/dok. Telkomsel
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA - Asosiasi Modal Ventura Indonesia (Amvesindo) meyakini bahwa industri gim di Indonesia masih mampu bertahan dan memiliki peluang besar tumbuh di tengah gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK) yang melanda industri gim global.

Head of the Logistic Tech Compartment Amvesindo Even Alex Chandra mengatakan, peluang besar bertumbuh itu seiring pasar yang diincar developer nasional berbeda dengan para pemain besar.

Indonesia dapat berfokus pada pasar gim niche atau gim indie, pasar yang belum diambil developer raksasa dunia. Hal ini juga seiring dengan kualitas studio Indonesia yang masih di bawah Sony, Microsoft, ataupun Tencent. 

Menurut Alex, gim niche dan indie sebenarnya memiliki cukup banyak peminat di seluruh dunia. Adapun, gim niche dan indie dapat berupa graphic novel, poin and click game, dan horor.

Developer gim Amerika Serikat, itu ambil sektor action atau perang-perangan. Jepang, itu ambil role-playing game [RPG], sementara Indonesia tidak ambil celah di sana,” ujar Alex kepada Bisnis, Rabu (28/2/2024).

Kendati demikian, Alex mengatakan, Indonesia masih memiliki pekerjaan rumah yang cukup besar, yakni meyakinkan pasar global pada karya anak bangsa.

Alex mencontohkan gim The Witcher yang memang dibuat dari novel asli Polandia dan menjadi identik dengan negara tersebut. Menurutnya, Indonesia masih belum memiliki satu gim yang benar-benar meledak dan identik dengan Indonesia. Untuk gim DreadOut yang sempat disebut-sebut sudah menjadi gim internasional pun, kata Alex, rating di Steam masih belum begitu bagus. 

Oleh karena itu, Alex mengatakan, pengembangan gim di Indonesia bisa mulai dengan tujuan tersebut. 

Lebih lanjut, untuk masalah pendanaan, Alex mengatakan bahwa industri gim Indonesia masih terhitung aman di tengah gelombang PHK yang melanda industri gim global. Lagi-lagi hal ini karena pasar industri gim Indonesia yang berbeda dengan perusahaan-perusahaan besar.

Namun, memang Alex mengakui bahwa developer yang berpotensi mendapatkan pendanaan hanyalah developer yang sudah memiliki sepak terjang dan dapat membuktikan pada investor bahwa mereka mampu menghasilkan profit.

“Bisa jadi developer gim sudah membuat banyak gim, nah dari situ, developer bisa memberitahukan investor dan bisa membandingkan jumlah gim dengan jumlah profit,” ujar Alex. 

Alex pun mengaku kalau memang perusahaan yang baru berdiri tanpa pernah membuat gim sebelumnya, cukup sulit untuk mendapatkan pendanaan.

Diketahui, gelombang PHK melanda industri gim global pada awal 2024, nama-nama besar pun turut terseret. Mulai dari Sony, Microsoft, Riot, Twitch dari Amazon, dan Discord. 

Di sisi lain, investasi ke sektor gim juga dapat terbilang anjlok. Berdasarkan data dari InvestGame, jika akuisisi Microsoft ke Activision Blizzard tidak terhitung, angka investasi 2023 mengalami penurunan 70%. Jumlah kesepakatan yang berlangsung juga makin sedikit. 

Sementara itu, pemerintah baru saja menerbitkan beleid terkait pengembangan gim nasional. Melalui Peraturan Presiden (Perpres) No.19/2024 tentang Percepatan Pengembangan Industri Gim Nasional, memungkinkan penggunaan APBN dan APBD untuk percepatan industri gim nasional.

Di sisi lain, pemerintah juga tengah menyusun skema pendanaan sekitar US$40 juta atau Rp600 miliar setiap tahunnya untuk pengembangan gim di Indonesia. Dana inipun didapatkan dari matching fund ataupun venture capital.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper