Kejar Profitabilitas Jadi Penyebab Halodoc PHK Karyawan?

Leo Dwi Jatmiko
Kamis, 16 November 2023 | 10:31 WIB
Ilustrasi badai PHK yang menerjang perusahaan teknologi dan startup. Dok. JIBI
Ilustrasi badai PHK yang menerjang perusahaan teknologi dan startup. Dok. JIBI
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA - Pengamat digital menilai perubahan model bisnis perusahaan rintisan (startup) dari tebar promo menjadi mengejar profit turut berdampak pada aktivitas pemutusan hubungan kerja (PHK) yang dilakukan oleh Halodoc

Ketua Umum Indonesia Digital Empowerment Community (Idiec) Tesar Sandikapura mengatakan startup saat ini tengah berusaha untuk memperbaiki bisnis model dengan mengejar profit.

Namun, dampak dari strategi tersebut adalah penurunan transaksi, karena masyarakat akan mendapat harga layanan yang lebih mahal seiring dengan berkurangnya promo. 

Dampak lainnya adalah risiko efisiensi berupa reorganisasi atau PHK, untuk mengimbangi antara pemasukan dan pengeluaran perusahaan.  

“Untuk antisipasi pemasukan yang lebih kecil dari pada pengeluaran,” kata Tesar, Kamis (16/11/2023). 

Tesar mengatakan bisnis model startup yang dahulu ingin memanjakan pelanggan ritel, membuat pengeluaran membengkak.

Halodoc, menurutnya, berusaha meningkatkan pendapatan sehingga menyalip pengeluaran, tetapi hal tersebut sulit terjadi. Alhasil, langkah yang ditempuh adalah menekan pengeluaran, salah satunya lewat PHK. 

Tesar juga menyoroti mengenai perhitungan investor saat menyuntik sebuah startup. Menurutnya, investor seharusnya dapat bijak memilih startup yang benar-benar potensial untuk didanai, bukan startup yang kesulitan dalam menjaga arus kas.

“Investor harunya tahu dan cerdas sebelum berinvestasi di sebuah perusahaan. Kalau ada perusahaan rintisan kurang bagus lalu dapat pendanaan, agak aneh,” kata Tesar. 

Sebelumnya, Halodoc, startup yang bergerak di sektor kesehatan, melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) karyawan untuk jumlah yang tak disebutkan. Ironisnya, PHK dilakukan 4 bulan setelah mendapat pendanaan Seri D U$100 juta atau Rp1,5 triliun.

Dalam laporan AC Ventures dan Bain & Company, pendanaan di sektor kesehatan meningkat dari US$8 juta atau Rp123,8 miliar pada kuartal I/2022 menjadi US$51 juta atau Rp789,7 miliar pada kuartal I/2023, seiring dengan pendanaan seri D yang didapat Halodoc. Tanpa pendanaan tersebut, total investasi yang masuk ke startup sektor kesehatan akan rendah. 

Namun, yang terjadi pendanaan yang diberikan tidak memberi dampak pada kinerja perusahaan yang membaik, justru terjadi reorganisasi. 

Sementara itu, VP Government Relations & Corporate Affairs Halodoc Adeline Hindarto mengatakan perubahan besar dalam situasi makroekonomi, politik dan geopolitik secara global maupun domestik saat ini mengharuskan seluruh pelaku bisnis untuk terus beradaptasi, dan mengevaluasi strategi bisnis secara berkala. 

Perusahaan, lanjutnya, juga harus bertransformasi demi memastikan strategi terbaik untuk menghadapi dinamika industri. Termasuk melakuka reorganisasi. 

“Langkah ini pastinya bukan keputusan yang mudah, namun perlu kami lakukan untuk memastikan perusahaan tetap dapat bertumbuh secara berkelanjutan. Dalam prosesnya, pemenuhan hak-hak karyawan sesuai peraturan dan hukum yang berlaku merupakan prioritas utama kami,” kata Adeline dikutip Kamis (16/11/2023). 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Penulis : Leo Dwi Jatmiko
Editor : Leo Dwi Jatmiko
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper