Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Investor Pasar Modal di Wilayah OJK Malang Tumbuh 18,65%

Sebanyak 99,86% dari total investor merupakan investor individu dan 35,82% di antaranya berdomisili di Kota Malang.
Ilustrasi investor pasar modal./Bisnis
Ilustrasi investor pasar modal./Bisnis

Bisnis.com, MALANG — Jumlah investor pasar modal di wilayah kerja OJK Malang mencapai 256.846 Single Investor Identification (SID) pada Oktober 2023 atau tumbuh sebesar 18,65% secara yoy dibandingkan Oktober 2022.

Plt. Kepala Kantor OJK MalangIsmirani Saputri, mengatakan sebanyak 99,86% dari total investor merupakan investor individu dan 35,82% di antaranya berdomisili di Kota Malang. 

Investor produk Reksa Dana (S-INVEST) masih mendominasi sebesar 243.170 SID, tumbuh 19,42% yoy,” katanya, Kamis (18/1/2024)

Antusiasme investor ritel terhadap obligasi ritel negara, kata dia, masih cukup besar di tengah dinamisnya ekonomi domestik dan tingginya ketidakpastian global. 

Hal tersebut tercermin dari peningkatan SID Surat Berharga Negara (SBN) yang mencapai 23.876 SID atau tumbuh 23,69% dari posisi yang sama tahun sebelumnya.

Menurut dia, jumlah nasabah reksa dana juga meningkat cukup signifikan sebesar 41,11% secara yoy. Daerah Tingkat II di wilayah kerja KOJK Malang yang mencatatkan nilai penjualan reksa dana tertinggi adalah Kota Malang dengan total transaksi sebesar Rp265,26 miliar dan kemudian diikuti dengan Kabupaten Malang sebesar Rp22,79 miliar.

Rata-rata nilai transaksi saham mencapai Rp2.376 miliar selama bulan Oktober 2023,” ucapnya. Angka tersebut turun 13,89% secara yoy dimana rata-rata nilai tahun sebelumnya adalah sebesar Rp2.758 miliar. 

Dia menegaskan, terdapat tren penurunan transaksi saham baik dari sisi frekuensi, volume transaksi, maupun nilai transaksi yang antara lain disebabkan oleh kondisi pandemi yang mulai mereda sehingga terdapat pergeseran alokasi dana investor ritel.

Ekonom Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya, Joko Budi Santoso, menilai perilaku investor di pasar modal di tahun politik ini cenderung menempatkan pada investasi yang aman, yang ditandai dengan peningkatan penempatan investasi pada reksadana dan SBN, termasuk juga terjadi peningkatan jumlah investor di jenis investasi tersebut. 

Perilaku ini, kata dia, tentu berdampak pada penurunan transaksi saham yang sangat sensitif terhadap dinamika global, tensi politik, maupun isu makro ekonomi internasional maupun nasional. 

Tren peningkatan investasi pada reksa dana maupun SBN akan terus berlanjut seiring dengan kenaikan tensi politik nasional dan fluktuasi ekonomi global,” ujarnya.(K24)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Choirul Anam
Editor : Miftahul Ulum
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper