Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Beras Masih Jadi Penyumbang Utama Inflasi di Kota Malang

Komoditas yang dominan memberikan andil/sumbangan inflasi m-to-m pada Oktober 2023, selain beras, yakni beras, bensin, cabai rawit, jeruk, daging ayam ras.
Ilustrasi beras./Ist
Ilustrasi beras./Ist

Bisnis.com, MALANG — Beras masih menjadi penyumbang utama inflasi di Kota Malang pada Oktober 2023 yang mencapai 0,26%.

Kepala BPS Kota Malang, Erny Fatma Setyoharini, mengatakan beberapa komoditas yang dominan memberikan andil/sumbangan inflasi m-to-m pada Oktober 2023, selain beras, yakni beras, bensin, cabai rawit, jeruk, daging ayam ras, mobil, tongkol diawetkan, tisu, cabai merah, dan es.

“Komoditas yang memberikan andil/sumbangan deflasi m-to-m, antara lain: telur ayam ras, angkutan udara, tomat, bawang merah, buah naga, minyak goreng, jagung manis, pepaya, apel, dan pir,” ujarnya, Rabu (1/11/2023).

Tingkat inflasi month to month (m-to-m) Oktober 2023 sebesar 0,26% dan tingkat inflasi year to date (y-to-d) Oktober 2023 sebesar 1,93%.

Tingkat inflasi y-to-y komponen bahan makanan Oktober 2023 sebesar 7,37%, inflasi m-to-m sebesar 0,65%, dan inflasi y-to-d sebesar 4,92%.

Tingkat inflasi y-on-y komponen energi Oktober 2023 sebesar 0,36%, inflasi m-to-m sebesar 0,71%, dan inflasi y-to-d sebesar 0,22%.

Inflasi terjadi, kata dia, karena adanya kenaikan harga yang ditunjukkan oleh naiknya hampir seluruh indeks kelompok pengeluaran, yaitu: kelompok makanan, minuman dan tembakau sebesar 7,18%; kelompok pakaian dan alas kaki sebesar 1,97%; kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga sebesar 1,34%.

Juga, kelompok perlengkapan, peralatan dan pemeliharaan rutin rumah tangga sebesar 0,72%; kelompok kesehatan sebesar 0,44%; kelompok transportasi sebesar 1,65%; kelompok informasi, komunikasi, dan jasa keuangan sebesar 0,36%; kelompok rekreasi, olahraga, dan budaya sebesar 0,59%; kelompok pendidikan sebesar 1,32%; kelompok penyediaan makanan dan minuman/restoran sebesar 0,27%; dan kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya sebesar 3,84%.

Ekonom Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya, Joko Budi Santoso, menilai dampak El Nino terasa menyengat pada Oktober dengan naiknya harga beras dan relatif bertahan di harga tinggi. Produksi padi yang menurun dan pasokan impor yang terbatas mendorong pasokan domestik butuh pengelolaan yang cermat dari sisi distribusi.

Meski mitigasi El Nino sudah dilakukan, menurut dia, akan tetapi sistem informasi pangan yang fokus pada produksi dan permintaan integrasinya masih lemah mendorong langkah antisipatif kurang presisi, sehingga gangguan supply domestic mendorong gejolak harga beras di pasar.

Pemberitaan Bulog bahwa stok beras aman tidak mampu meredam harga beras untuk naik. “Tekanan inflasi ini masih mungkin berlanjut pada November, karena kekeringan masih melanda sejumlah daerah. Hal ini dibuktikan dengan kenaikan harga cabai pada awal November,” kata Joko yang juga Peneliti Senior Pusat Penelitian Kebijakan Ekonomi FEB UB itu.

Situasi ini, dia meyakinkan, menjadi PR bersama. Langkah penguatan kolaborasi dalam peningkatan produktivitas pertanian, mitigasi bencana akibat perubahan iklim, pembenahan struktur pasar, modernisasi sektor pertanian, dan pengetatan konversi lahan akan menjadi kunci dalam menjaga stabilitas harga pangan menuju kedaulatan pangan yang berkelanjutan.(K24)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Choirul Anam
Editor : Miftahul Ulum
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper