Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pelaku Industri Karet Sumsel Keluhkan Pupuk hingga Penyakit Gugur Daun

Pelaku industri karet di Sumatra Selatan mengharapkan dukungan pemangku kepentingan dalam menyelesaikan berbagai persoalan di sektor tersebut.
Ketua Gabungan Perusahaan Karet Indonesia (Gapkindo) Sumsel Alex Kurniawan Eddy menjadi pembicara dalam acara Bisnis Indonesia South Sumatra Economic Outlook 2024 di Hotel Santika, Kota Palembang, Selasa (19/12/2023)./Bisnis
Ketua Gabungan Perusahaan Karet Indonesia (Gapkindo) Sumsel Alex Kurniawan Eddy menjadi pembicara dalam acara Bisnis Indonesia South Sumatra Economic Outlook 2024 di Hotel Santika, Kota Palembang, Selasa (19/12/2023)./Bisnis

Bisnis.com, PALEMBANG – Pelaku industri karet di Sumatra Selatan mengharapkan dukungan pemangku kepentingan dalam menyelesaikan berbagai persoalan di sektor tersebut.

Ketua Gabungan Perusahaan Karet Indonesia (Gapkindo) Provinsi Sumsel, Alex Kurniawan Eddy mengatakan produksi karet alam di Indonesia mengalami penurunan yang cukup signifikan mencapai kurang lebih 30%.

Menurutnya, penyebab penurunan itu salah satunya dimulai sejak 2017, dimana muncul wabah penyakit pestalotiopsis sp atau dikenal penyakit gugur daun yang menjangkiti perkebunan karet.

Dia memperkirakan lebih dari setengah juta hektare kebun karet yang terdampak penyakit gugur daun dan mengakibatkan penurunan produktivitas mencapai 70%.

Keadaan itu juga diperparah dengan usia pohon karet yang mayoritas sudah sangat tua dan jarang mendapatkan pupuk.

“Ini (pupuk) juga yang menjadi keluhan masyarakat. Kenapa tidak ada pupuk subsidi yang dialokasikan untuk karet, ini PR [pekerjaan rumah] bersama,” ujarnya saat menjadi pembicara dalam Bisnis Indonesia South Sumatra Economic Outlook 2024 di Hotel Santika, Kota Palembang, Selasa (19/12/2023).

Alex mengungkapkan, Sumsel memiliki posisi yang cukup vital dalam industri perkaretan nasional. Hal itu berkaca dari luasan perkebunan karet, hasil produksi, serta ekspor karet yang terbesar di Indonesia.

Pihaknya mencatat, hasil produksi karet di Sumsel sejak tahun 2019-2021 masih berada di atas angka 900.000 ton. Sementara pada 2022, hasil produksi mengalami penurunan menjadi 895.033 ton.

“Sedangkan di 2023 sampai dengan Oktober tercatat hasil produksi 652.110 ton,” ungkap dia.

Gapkindo menilai terdapat beberapa hal yang bisa dilakukan untuk menjaga eksistensi karet di Sumsel, di antaranya peremajaan yang komprehensif dan berkesinambungan, pemberdayaan, multiplikasi dan perluasan fungsi kelembagaan petani karet, menjaga ketersediaan dan keterjangkauan sarana produksi pertanian karet.

“Kami harapkan dukungan dari pemerintah dalam membuat kebijakan yang mendukung petani karet. Begitu juga, stakeholders yang lain,” tuturnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Herdiyan

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper