Bisnis.com, PALEMBANG – Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat tingkat inflasi di Provinsi Sumatra Selatan (Sumsel) berdasarkan gabungan dua kota IHK periode November 2023 sebesar 3,52% secara year on year (yoy).
Kepala BPS Sumsel Moh Wahyu Yulianto mengatakan tingkat inflasi Sumsel secara yoy melaju lebih tinggi dibanding dengan inflasi nasional yang tercatat sebesar 2,86% (yoy).
“Terjadi inflasi dari gabungan dua kota IHK Palembang dan Lubuklinggau sebesar 0,54% month to month dan inflasi tahun kalender atau bulan November 2023 terhadap Desember 2024 sebesar 3,02%,” ungkapnya, Jumat (1/12/2023).
Wahyu menjelaskan, meski jauh lebih rendah dibanding periode yang sama tahun 2022, namun inflasi Sumsel selama tiga bulan terakhir terus menunjukkan adanya tekanan.
Pada periode November 2023, inflasi Sumsel mengalami peningkatan dibandingkan dengan Oktober 2023 yang sebesar 2,90% (yoy) dan September 2023 sebesar 2,28% (yoy).
Adapun dari 11 kelompok utama yang mempengaruhi inflasi, kata dia, hanya ada satu kelompok yang mengalami penurunan yakni kelompok transportasi dengan inflasi -0,17% dan andil -0,02 poin.
Baca Juga
Sementara dari 10 kelompok lainnya, kelompok yang memberikan andil inflasi terbesar yakni dari kelompok makanan, minuman dan tembakau yang memberikan andil sebesar 2,55 poin dan perubahan harga 8,43%.
Dia menambahkan, inflasi Sumsel berdasarkan komoditas penyumbangnya secara mtm dipengaruhi oleh komoditas seperti cabai merah, cabai rawit, gula pasir, bawang merah dan beras.
“Untuk beberapa catatan peristiwa yang memiliki sumbagsih terhadap tingkat inflasi Sumsel bulan November diantaranya harga cabai yang melonjak tinggi, penyesuaian penurunan harga BBM untuk beberapa jenis produk, kenaikan harga gula pasir serta kenaikan harga emas dunia,” jelasnya.
Sebelumnya, Deputi Bank Indonesia Perwakilan Sumsel, Nurcahyo Heru Prasetyo memperkirakan inflasi Sumsel dapat kembali pada kisaran sasaran 3±1% (yoy) di 2023 dan 2,5±1% (yoy) di 2024.
“Akan tetapi, dibutuhkan komitmen bersama untuk memperkuat sinergi dalam mengendalikan inflasi, utamanya untuk komoditas pangan bergejolak (volatile food),” ungkapnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel