Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nilai Tukar Petani Sumut Anjlok 7,21 Persen, Ternyata Ini Pemicunya

Berdasar catatan Badan Pusat Statistik (BPS) Sumut, penurunan NTP pada Juli 2022 disebabkan oleh beberapa subsektor.
Petani memisahkan padi dari tangkainya secara tradisional./Antara-Yulius Satria Wijaya
Petani memisahkan padi dari tangkainya secara tradisional./Antara-Yulius Satria Wijaya

Bisnis.com, MEDAN — Nilai Tukar Petani (NTP) Sumatra Utara (Sumut) tercatat 108,85 pada Juli 2022. Jumlahnya mengalami penurunan 7,21 persen dibanding NTP pada Juni 2022 lalu.

Berdasar catatan Badan Pusat Statistik (BPS) Sumut, penurunan NTP pada Juli 2022 disebabkan oleh beberapa subsektor. Antara lain penurunan NTP pada subsektor Tanaman Pangan sebesar 0,96 persen, kemudian NTP Tanaman Perkebunan Rakyat sebesar 12,66 persen, dan NTP subsektor Peternakan sebesar 1,56 persen.

Sementara itu, NTP dua subsektor lainnya mengalami kenaikan, yaitu NTP subsektor hortikultura sebesar 0,42 persen dan NTP subsektor Perikanan sebesar 0,06 persen.

"Tentunya kalau kita lihat lebih mendalam, kita lihat memang harga gabah naik namun harga jagung turun, yang menjadi sumbangsih pada NTP Tanaman Pangan. Harga bibit jagung kita naik 0,06 persen," kata Nurul, Senin (1/8/2022).

Nilai Tukar Petani atau NTP adalah perbandingan indeks harga yang diterima petani (It) terhadap indeks harga yang dibayar petani (Ib). NTP merupakan satu di antara indikator untuk melihat tingkat kemampuan atau daya beli petani di perdesaan.

NTP juga menunjukkan daya tukar atau terms of trade dari produk pertanian dengan barang dan jasa yang dikonsumsi maupun untuk biaya produksi. Di sisi lain, BPS juga mencatat terjadi inflasi perdesaan pada Indeks Konsumsi Rumah Tangga (IKRT) di Sumut sebesar 0,54 persen pada Juli 2022 lalu.

Sementara itu, Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga Pertanian (NTUP) Sumut tercatat sebesar 108,45 pada Juli 2022 atau turun 7,13 persen dibanding NTUP pada Juni 2022.

Berdasar data BPS, sejumlah komoditas yang berdampak terhadap penurunan NTP pada Juli 2022 lalu yakni kelapa sawit, jagung dan ayam ras.

Pengamat ekonomi asal Universitas Islam Sumatera Utara Gunawan Benjamin, mengatakan harga Tandan Buah Segar (TBS) kelapa sawit pada Juli 2022 lalu sempat anjlok Rp700 - Rp1.100 per kilogram.

"Selain TBS, harga jagung juga memang mengalami penurunan. Dari pantauan kita jagung di bulan Mei atau bulan Juni itu sempat menyentuh Rp5.700 per kilogram di tingkat pabrik pakan," ujarnya.

Gunawan menilai kenaikan harga komoditas cabai menjadi penyumbang kenaikan NTP subsektor Hortikultura sebesar 0,42 persen pada Juli 2022.

Sedangkan penurunan NTP pada subsektor Tanaman Pangan terjadi akibat biaya produksi dan operasional yang tinggi. Termasuk imbas kenaikan harga pupuk. Biaya di atas belum terpenuhi oleh peningkatan harga jual gabah pada Juli 2022.

"Saya menilai petani dari tanaman hortikultura ini indeksnya berpotensi untuk kembali turun di bulan Agustus seiring dengan penurunan harga cabai. Sementara itu, NTP Tanaman Pangan berpeluang stagnan jika pemerintah tidak merubah atau intervensi kebijakan pembelian gabah di tingkat petani," tuturnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper