Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Peran Sektor Pertanian di Tegal Mulai Luntur

Sebelumnya, petani di wilayah tersebut berkontribusi sebesar 20% dari PDRB. Kini angkanya tinggal 12%.
M Faisal Nur Ikhsan
M Faisal Nur Ikhsan - Bisnis.com
Jumat, 20 Oktober 2023 | 16:08
Petani vanili di Desa Loha, Macang Pacar, Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur (NTT), Senin (21/8/2023) melakukan polinasi atau perkawinan dengan bantuan manusia di kebunnya. Vanili memiliki julukan emas hijau seiring harganya yang tinggi hingga Rp1,2 juta per kilogram untuk standar ekspor di kawasan ini./Bisnis - Himawan L Nugraha.
Petani vanili di Desa Loha, Macang Pacar, Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur (NTT), Senin (21/8/2023) melakukan polinasi atau perkawinan dengan bantuan manusia di kebunnya. Vanili memiliki julukan emas hijau seiring harganya yang tinggi hingga Rp1,2 juta per kilogram untuk standar ekspor di kawasan ini./Bisnis - Himawan L Nugraha.

Bisnis.com, SEMARANG - Peran sektor pertanian pada struktur Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Tegal kian tergerus.

"Kontribusi PDRB para petani di Kabupaten Tegal yang 55% penduduknya petani ini memang semakin berkurang. Dulu pernah mencapai 20 persen, sekarang kontribusi PDRB dari sektor pertanian tinggal 12%" ujar Umi Azizah, Bupati Tegal, Jumat (20/10/2023).

Dalam catatan Badan Pusat Statistik (BPS), dalam 10 tahun terakhir, peran sektor pertanian pada PDRB Kabupaten Tegal memang terus berkurang. Pada 2010 misalnya, distribusi persentase PDRB atas dasar harga berlaku pada sektor usaha pertanian, kehutanan, dan perikanan berkisar di angka 17%. Pada tahun 2022, porsinya tersisa di angka 12,56%.

Adapun laju pertumbuhan PDRB sektor usaha pertanian, kehutanan, dan perikanan pada 2022 hanya berkisar di angka 1,66%. Secara umum, penurunan peran sektor pertanian pada struktur PDRB juga terjadi di tingkat provinsi. Pada 2010, sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan Jawa Tengah menyumbang 15,98% persen PDRB atas dasar harga berlaku. Namun, pada 2022, angkanya susut hingga tersisa di 13,53%.

"Ini satu catatan yang memang harus kita seriusi bersama, belum lagi dihadapkan pada persoalan regenerasi petani. Pemuda ini semakin kurang minatnya di sektor pertanian sementara kita semuanya saat ini masih mengatakan belum makan kalau belum makan beras," ucap Azizah.

Masalah lain yang perlu menjadi perhatian adalah dampak fenomena cuaca El Nino. Azizah mengungkapkan, salah satu penyebab terbatasnya ketersediaan gabah di pasaran adalah lantaran keringnya lahan-lahan sawah milik petani.

"Karena kami amati langsung di beberapa area pertanian yang ada di Kabupaten Tegal saat ini dalam kondisi kering kerontang. Tidak bisa ditanami, karena air tidak ada," jelas Azizah.

Dampak El Nino tersebut tentunya bakal memperparah tren penurunan produktivitas pertanian Kabupaten Tegal. Dimana pada 2021-2022, terjadi tren penyusutan dari 64,30 ton/ha menjadi 63,06 ton/ha.

Sebelumnya, BPS memprediksikan, produksi beras Jawa Tengah bakal mengalami penurunan sebesar 169.488 ton pada tahun 2023 ini. Selain di Jawa Tengah, penurunan produksi beras juga terjadi di dua wilayah lainnya seperti Jawa Barat, dan Sulawesi Selatan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Miftahul Ulum
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper

Terpopuler