Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Industri Garmen dan Tekstil Jateng Masih Lesu

Pemain baru dari Jawa Tengah mulai masuk wilayah Jepara dan Brebes. Namun, permintaan ekspor masih belum menunjukkan perbaikan.
Sejumlah karyawan tengah memproduksi pakaian./Bisnis-Rachman
Sejumlah karyawan tengah memproduksi pakaian./Bisnis-Rachman

Bisnis.com, SEMARANG - Industri garmen dan tekstil di Jawa tengah belum menunjukkan perbaikan yang signifikan. Meskipun beberapa waktu lalu, BI merilis Indeks Kepercayaan Konsumen (IKK) Jawa Tengah yang menunjukkan peningkatan, namun pasar untuk produk garmen dan tekstil masih lesu.

"Terus terang saja, industri tekstil belum terlalu menggembirakan. garmen pun kalau sekarang ini juga tetap setelah pandemi Covid-19 tumbuh, tetapi dia merangkak," kata Frans Kongi, Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Jateng, Rabu (26/7/2023).

Frans menyampaikan bahwa pasar ekspor untuk kedua komoditas itu masih potensial. Namun demikian, guncangan ekonomi yang terjadi di negara utama tujuan ekspor Jawa Tengah menyebabkan realisasi permintaan produk belum sesuai dengan harapan pelaku usaha.

"Kalau kita di dalam negeri, terutama UMKM, justru dia tangguh untuk bertahan. Industri besar itu punya risiko yang besar, sementara UMKM itu produktif," jelas Frans kepada Bisnis.

Meskipun kinerja industri tekstil dan garmen masih memperlihatkan pelemahan, namun Frans mengungkapkan realisasi investasi dari pemain-pemain baru sudah mulai masuk. "Tidak masuk secara masif sekali. Tapi ada sedikit yang masuk ke Jawa Tengah dari Jawa Barat. Seperti misalnya di Jepara, kemudian ada juga di Brebes," ungkapnya.

Hal tersebut dapat dikonfirmasi dari realisasi Penanaman Modal Asing (PMA) Jawa Tengah sepanjang periode Semester I/2023. Berdasarkan data Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Provinsi Jawa Tengah, PMA banyak mengincar wilayah Kabupaten Kendal, Kabupaten Pemalang, Kabupaten Jepara, serta Kabupaten Kudus.

"Yang menarik adalah, bahwa sektornya itu untuk Jawa Tengah PMA-nya masih dominan alas kaki dan tekstil. Jadi masih yang padat karya," jelas Sakina Rosellasari, Kepala DPMPTSP Provinsi Jawa Tengah saat ditemui wartawan.

Dilihat dari nilai investasi yang masuk, memang Jawa Tengah belum bisa masuk ke dalam peringkat lima besar daerah dengan realisasi investasi tertinggi di tingkat nasional. Namun demikian, Sakina menyebut investasi padat karya itu memberikan sejumlah keuntungan. Salah satunya penyerapan tenaga kerja dalam jumlah besar yang bakal berdampak positif bagi angka pengangguran di Jawa Tengah.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Miftahul Ulum
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper