Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Investasi Dibuka, Penyusutan Lahan Ancam Produksi Pangan Jateng

Alih fungsi lahan untuk investasi berpotensi mengurangi areal sawah di Jawa Tengah. Kondisi ini diperparah dengan upaya revisi peraturan daerah atau perda tentang rencana tata ruang wilayah (RTRW) yang berpotensi mengubah status lahan pertanian menjadi kawasan di luar pertanian.
Ilustrasi/Bisnis
Ilustrasi/Bisnis

Bisnis.com, SEMARANG – Alih fungsi lahan untuk investasi berpotensi mengurangi areal sawah di Jawa Tengah. Kondisi ini diperparah dengan upaya revisi peraturan daerah atau perda tentang rencana tata ruang wilayah (RTRW) yang berpotensi mengubah status lahan pertanian menjadi kawasan di luar pertanian.

Data Kantor Wilayah Kementerian Agraria dan Tata Ruang/BPN Jateng menunjukkan penyusutan lahan baku sawah di Jateng lebih cepat dibandingkan provinsi lain di Pulau Jawa. Total penyusutan lahan baku sawah di Jateng selama 2013 – 2019 mencapai 54.113 hektare.

Sementara, provinsi lain yang memiliki luas lahan pertanian luas seperti Jawa Barat dan Jawa Timur, luas lahan baku sawah justru naik masing-masing 12.452 hektare dan 130.631 hektare.

Kepala Seksi Penataan Kawasan Tertentu Kanwil Kementerian ATR/BPN Jateng Agus Widodo mengungkan penetapan lahan baku sawah ini menjadi alat kontrol bagi pemerintah daerah untuk menjaga ketahanan pangan. Apalagi review RTRW yang sedang dilakukan oleh sejumlah daerah di Jateng bisa saja mengurangi lahan-lahan produktif untuk kepentingan investasi.

“Kalau mengutamakan investasi, di sisi lain memang ada yang dikorbankan,” ungkap Agus kepada Bisnis, Senin (2/3/2020).

Agus menuturkan, kondisi ini menjadi tatangan bagi pembuat kebijakan supaya penurunan lahan baku sawah ini tidak berlangsung masif. Apalagi, untuk membuka lahan pertanian baru dengan areal yang cukup luas di Jawa Tengah potensinya sangat kecil. Akibat lain yang bisa ditimbulkan dari tergerusnya lahan baku sawah untuk pertanian ini adalah penurunan produktivitas pertanian di Jawa Tengah.

Data Badan Pusat Statisik (BPS) Jateng yang baru saja dirilis mengonfirmasi, luas panen di padi di Jateng pada 2019 hanya seluas 1,68 juta hektare atau menyusut 143.500 hektare (7,88%) dibanding tahun 2018. Penyusutan luasan panen ini juga berimbas pada produktivitas padi di Jateng yang pada 2019 hanya 9,66 juta ton atau tutun 8,04% dibandingkan dengan tahun lalu.

BPS juga mencatat jika produksi padi tersebut dikonversikan, dari luasan lahan dan produktivitas padi tersebut, maka produksi beras di Jateng pada 2019 diperkirakan hanya 5,52 juta ton. Jumlah ini juga tercatat mengalami penurunan dibandingkan tahun 2028 sebanyak 480.000 ton atau 8,04%.

Kepala BPS Jateng Sentot Bangun Widoyono mengungkapkan bahwa pada 2018 tiga daerah dengan produksi padi tertinggi di Jateng yakni Gobogan, Cilacap, dan Demak. Namun pada 2019, tiga daerah ini terctat mengalami penurunan produksi padi.

“Sedangkan daerah yang tercatat naik adalah Kabupaten Sragen,” jelasnya.

Adapun dari 35 kabupaten dan kota di Jateng, 24 atau 68% tercatat mengalami penurunan produksi beras. Wonogiri menjadi kabupaten yang mengalami kontraksi paling dalam yakni 26,52% atau 70.475,52 ton. Sedangkan daerah yang menunjukka kenaikan produksi terbanyak adalah Kabupaten Sragen yakni sebanyak 48.299,04 ton atau 12,39%.

Dalam catatan Bisnis, salah satu proyek yang bakal memakan lahan cukup besar adalah pembangunan Tol Solo - Yogya. Pembangunan tol ini saat ini sedang dalam fase persiapan pengadaan lahan ini membutuhkan 472.155 hektare lahan yang berada di tiga kabupaten.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Edi Suwiknyo
Editor : Ajijah

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper

Terpopuler