Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Standar Euro 4 Hambat Ekspor Truk dan Mobil Niaga

Ekspor mobil niaga dan truk masih minim, hanya sekitar 8% dari volume.
Deretan truk di sekitaran perkebunan sawit Sepaku, Kalimantan Timur, dekat lokasi IKN Nusantara pada Rabu (8/3/2023). - Reuters/Willy Kurniawan
Deretan truk di sekitaran perkebunan sawit Sepaku, Kalimantan Timur, dekat lokasi IKN Nusantara pada Rabu (8/3/2023). - Reuters/Willy Kurniawan

Bisnis.com, JAKARTA — Meski ekspor secara utuh atau completely built up (CBU) mencapai rekor sepanjang 2023, tetapi porsi dari kendaraan komersial masih terlalu rendah sehingga perlu didongkrak.

Data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) menunjukkan ekspor CBU mencapai 505.134 unit sepanjang 2023, naik 8,7% dari 473.602 unit dibandingkan 2022.

Ketua Umum Gaikindo Yohannes Nangoi mengatakan ekspor kendaraan niaga masih berkisar 40.000 unit atau sekitar 8% dari total ekspor yang dilakukan sepanjang 2023.

Menurutnya para agen pemegang merek (APM) perlu mendapatkan kuota atau perizinan dari para prinsipal masing-masing untuk melakukan ekspor.

Hal ini pun sedang digodok oleh Gaikindo bersama Kementerian Perindustrian (Kemenperin) untuk bisa mengirimkan lebih banyak unit ke luar negeri.

“Kami datang minta izin perwakilan Indonesia untuk bisa ekspor ke lebih banyak negara lain,” ujarnya di Jakarta, Rabu (7/2/2024).

Dia juga mengatakan sudah mengadakan diskusi dengan Menteri Perindustrian Agus Gumiwang untuk bisa mengekspor kendaraan niaga bermerek China yang diproduksi secara lokal.

Demi mencapai hal tersebut, kendaraan niaga yang diproduksi lokal harus memenuhi standard dunia. Oleh karena itu, uluran tangan dari Kementerian Perindustrian dibutuhkan untuk mengadakan uji kendaraan.

“Harus dibantu kemenperin untuk ada tempat tes sehingga sebelum lahir sudah memenuhi standar baik dalam negeri maupun ekspor,” jelasnya.

Di satu sisi, kendaraan niaga di Indonesia masih menggunakan standar emisi Euro 4 yang tertinggal dari negara lain seperti kawasan Asia Tenggara lainnya, apalagi Jepang. 

Minimnya ketersediaan bahan bakar yang memenuhi standar emisi Euro 4 dan 5, disebut menjadi salah satu kendala mengungkit standar emisi kendaraan komersial di Indonesia.

“Kadang-kadang ini mempersulit kendaraan itu sendiri, karena apabila digunakan untuk Euro 4 akan menyebabkan masalah kendaraan tersebut,” tuturnya.

Peralihan menuju Euro 5 pun juga dinilai tidak mudah karena bahan bakar dengan standar emisi tersebut akan lebih mahal meskipun lebih bersih.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Kahfi
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper