Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Perusahaan Baterai Asal Jepang, AESC Berencana Melantai di Bursa AS

Produsen baterai asal Jepang, AESC berencana melakukan penawaran umum perdana pasca-mendapatkan pendanaan senilai US$1 miliar atau setara Rp15,49 triliun.
Produksi prototipe sel baterai masa depan, dengan fokus pada kimia sel, desain sel, dan keahlian membangun-ke-cetak. (11/2017) / BMW
Produksi prototipe sel baterai masa depan, dengan fokus pada kimia sel, desain sel, dan keahlian membangun-ke-cetak. (11/2017) / BMW

Bisnis.com, JAKARTA — Produsen baterai asal Jepang, AESC berencana melakukan penawaran umum perdana (initial public offering/IPO) pasca-mendapatkan pendanaan senilai US$1 miliar atau setara Rp15,49 triliun (kurs jisdor Rp15.941).

Dilansir dari Bloomberg pada Senin (30/10/2023), AESC sedang bekerja sama dengan para penasihatnya untuk menerbitkan saham seri C yang bernilai hingga miliaran dolar. AESC juga sedang melakukan penjajakan dengan beberapa investor besar termasuk produsen mobil global sebagai upaya untuk melantai di bursa Amerika Serikat (AS).

Aksi korporasi ini akan mengikuti putaran dana seri B yang baru-baru ini ditutup oleh sovereign wealth fund asal Singapura, yakni GIC Pte. Meski demikian, belum ada keputusan akhir yang diambil, dan rencana pendanaan AESC dapat berubah.

AES merupakan perusahaan patungan antara Nissan Motor Co. dan NEC yang dibentuk pada 2007. Kemudian, pada 2018, perusahaan teknologi energi asal China, Envision yang dipimpin oleh Zhang Lei, mengakuisisi saham pengendali di pembuat baterai tersebut.

AESC yang beroperasi secara global telah memasok sel baterai untuk hampir 1 juta kendaraan hingga saat ini. Seorang sumber Bloomberg mengatakan pendapatan tahunan dari AESC dapat mencapai miliaran dolar.

Beberapa pasar besar yang telah dirambah oleh AESC adalah China. dan Inggris. Perusahaan asal Jepang itu juga telah berkomitmen untuk memperluas produksi di AS dan memenuhi perjanjian pasokan dengan produsen mobil seperti BMW AG dan Mercedes-Benz Group AG yang nilainya mencapai miliaran dolar.

Para produsen mobil dan juga perusahaan baterai tengah melakukan negosiasi dengan pemerintah Amerika Serikat mengenai Inflation Reduction Act (IRA) atau Undang-Undang Pengurangan Inflasi, yang menyalurkan miliaran subsidi kepada industri otomotif untuk membuat kendaraan listrik.

Beleid ini sekaligus menerapkan persyaratan konten yang ketat guna menghentikan ketergantungan Negeri Paman Sam terhadap China.

Demi memenuhi syarat IRA yang memberikan kredit pajak konsumen, para produsen mobil harus memastikan komponen dan bahan baterai tidak bersumber dari entitas asing yang menjadi perhatian pemerintah AS.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper