Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

LAPORAN DARI HONG KONG : Teknologi, Kesadaran Publik, dan Insentif untuk EV

Kehadiran perdana Nissan LEAF pada 2010 menjadi momentum yang membuka keyakinan masyarakat bahwa pemasaran mobil bertenaga listrik (Electric Vehicle/EV) di dunia bukan hal yang mustahil.
Deretan Nissan Leaf yang disiapkan untuk uji berkendara pada acara Nissan Futures di Hong Kong, 8 hingga 10 Maret 2019./Bisnis-Saeno
Deretan Nissan Leaf yang disiapkan untuk uji berkendara pada acara Nissan Futures di Hong Kong, 8 hingga 10 Maret 2019./Bisnis-Saeno

Bisnis.com, HONG KONG – Nissan tercatat sebagai perusahaan yang  pertama meluncurkan kendaraan listrik yang lebih dikenal dengan istilah EV atau electric Vehicle di dunia. Kehadiran perdana Nissan LEAF pada 2010 menjadi momentum yang membuka keyakinan masyarakat bahwa pemasaran mobil bertenaga listrik (Electric Vehicle/EV) di dunia bukan hal yang mustahil. 

Jika semula EV dinilai skeptis dan hanya dipandang sebagai ceruk pasar yang sempit, akhirnya pertumbuhan penjualan pun kian meningkat. Pembeli Leaf lah yang menjadi pengadopsi awal teknologi EV dan kini tingkat kesadaran untuk membeli EV terus berkembang.

“Konsumen yang terus tumbuh kini menyebutkan bisa jadi mereka akan memilih EV sebagai kendaraan pilihan ke depan. Konsumen memilih LEAF karena kemampuannya, kinerjanya yang lincah dan teknologinya yang maju,” tulis rilis Nissan, Jepang.

Bahkan berdasar rilis Nissan, diterbitkan 5 Maret 2019, Nissan LEAF berhasil mencatatkan angka penjualan di atas 400.000. Fakta tersebut dinilai pihak Nissan memperkuat peran di posisi terdepan dalam menghadapi perubahan mobilitas global yang lebih berkelanjutan.

Hal itu menunjukkan pertumbuhan penjualan dengan teknologi maju dan harga yang tidak murah.

Namun, capaian yang terjadi saat ini tentu tidak diraih dengan mudah.

Sejumlah hal menjadi factor yang bisa menghalangi laju penjualan, mulai dari persoalan harga hingga persepsi atau kesadaran public.

Meski demikian, dalam bincang-bincang ringan di sela makan siang pada acara Nissan Future hari pertama (8/3/2019)  Frederic Delmote, Head of EV Marketing  Nissan Asia and Oceania, menyebutkan harga bukan faktor pertama.”Menjelaskan kepada konsumen tentang teknologi EV merupakan hal utama,” ujar Delmote.

Barulah setelah itu, menyangkut hal lainnya, termasuk harga, kapasitas penumpang dan hal lainnya.

Terkait negara dengan peringkat penjualan terbaik di kawasan Asia-Oseania, Delmote menyebut Korea Selatan sebagai negara dengan angka penjualan tertinggi. Setelah Korsel, Australia dan Selandia Baru berada di peringkat kedua.

“Secara umum pasar penjualan EV sungguh menantang,” ujar Delmote.

Terkait pasar EV di Korea Selatan, pada kesempatan terpisah Lea Lee dari Korsel menyebutkan tingkat pertumbuhan penjualan memang meningkat. Di luar itu, fanatisme warga Korsel terhadap merek mobil buatan sendiri serta kehadiran kendaraan dengan merek lain termasuk kendaraan mewah, membuat pasar di Korea juga menantang.

Salah satu kunci yang bisa membuat penjualan EV kompetitif adalah insentif dari pemerintah. Iseo Sekiguchi, Presiden Direktur   PT Nissan Motor Indonesia (NMI), menyebut kisaran US$ 5000 untuk setiap pembeliansatu unit  EV.

Sementara itu berdasar informasi di fleetcarma.com, skema bantuan dari pemerintah Jepang untuk pembeli kendaraan listrik diperkenalkan pada 2016.

Sebagai gambaran, tulis fleetcarma.com, pemilik Nissan Leaf 30-kWh bisa mendapat dana hibah sekitar $3000. Subsidi maksimul bisa mencapai sekitar $7700, didasarkan jarak berkendara.

Konsumen EV di Jepang juga bisa menikmati pengurangan pajak kendaraan tahunan hingga 50%. Tidak mengherankan jika Jepang menjadi pasar EV ketiga terbesar setelah AS dan China. Perlu dicatat di sini bahwa Korsel dan China tidak masuk dalam kelompok pemasaran Asia-Oseania Nissan, keduanya memiliki kelompok sendiri.

Terkait insentif, Frederic Delmote menyebutkan penjualan EV di negara-negara Skandinavia memperlihatkan hal yang mengagumkan. Insentif perpajakan menjadi poin kunci.

Jika memperhatikan data yang disajikan fleetcarma, sejak 2011 hingga Desember 2017, total 50.304 unit EV terdaftar di Sweden. Tahun 2030, Swedia berkomitmen untuk 100% menggunakan kendaraan yang bebas dari bahan bakar fosil.

Swedia, tulis fleetcarma, menjadi contoh negara di dunia yang berada pada barisan terdepan pengadopsi EV.

Semua terjadi karena pemahaman yang kuat tentang pentingnya insentif perpajakan yang akan berdampak pada  solusi inovatif melalui kehadiran kendaraan elektrik dan kemajuan teknologi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Saeno
Editor : Saeno
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper