Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Saham Big Caps Anjlok dan Dilego Asing, Fenomena Sell in May and Go Away?

Saham 10 emiten berkapitalisasi besar menunjukkan penurunan kinerja beberapa waktu terakhir bertepatan dengan momentum sell in may and go away.
Investor mengamati pergerakan harga saham di Jakarta, Kamis (2/5/2024). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Investor mengamati pergerakan harga saham di Jakarta, Kamis (2/5/2024). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA - Sepuluh emiten berkapitalisasi pasar jumbo tercatat membukukan penurunan kinerja saham dalam beberapa waktu terakhir, kecuali emiten-emiten milik Prajogo Pangestu yaitu PT Barito Renewables Energy Tbk. (BREN) dan PT Chandra Asri Petrochemical Tbk. (TPIA). 

Berdasarkan data RTI Business hingga penutupan perdagangan 8 Mei lalu, sejumlah emiten mencatatkan penurunan kinerja dalam sepekan perdagangan, seperti empat emiten bank besar, BUMN, emiten Low Tuck Kwong serta beberapa emiten lainnya. 

Tren pelemahan saham-saham kapitalisasi pasar jumbo ini sejalan dengan banyaknya net sell atau jual bersih asing di pasar saham Indonesia. Per 8 Mei 2024 dalam satu bulan terakhir tercatat net sell sebesar Rp23,67 triliun dan dalam sepekan perdagangan dana asing telah kabur sebesar Rp4,62 triliun. 

Saham-saham yang mencatatkan penurunan saham dan net sell signifikan adalah saham bank. PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) yang berada di level Rp9,650 per saham telah turun 4,34% dalam sepekan atau melemah 0,27% ytd. Asing juga terpantau melego saham BBCA sebesar Rp1,96 triliun dalam sebulan perdagangan. 

PT Bank Rakyat Indonesia Tbk. (BBRI) tercatat membukukan penurunan sebesar 5,26% dalam sepekan dan anjlok 18,25% secara year-to-date (YtD) ke level Rp4.680 per saham. Asing juga tercatat menjual BBRI sebesar Rp11,16 triliun sebulan atau Rp2,55 triliun dalam perdagangan sepekan. 

Selanjutnya saham PT Bank Mandiri Tbk. (BMRI) di posisi Rp6.275 per saham telah turun 9,06% dalam satu bulan perdagangan, namun naik 3,72% secara year to date. BBRI terpantau dilego asing sebesar Rp1,50 triliun dalam perdagangan sepekan atau sebesar Rp2,90 triliun dalam sebulan. 

Selanjutnya adalah PT Bank Negara Indonesia Tbk. (BBNI) yang berada di posisi Rp4.670 per saham. Saham BBNI turun 11,05% dalam sepekan perdagangan dan mencatatkan penurunan dalam 13,12% secara ytd. Net sell asing juga tercatat sebesar Rp435,45 miliar sepekan atau sebesar Rp1,22 triliun dalam perdagangan sebulan. 

Emiten BUMN PT Telkom Indonesia Tbk. (TLKM) juga mencatatkan penurunan harga saham secara year to date sebesar 22,03% ke posisi Rp3.080 per saham. Saham tersebut juga tercatat dilego asing sebesar Rp531,20 miliar dalam sepekan perdagangan dan Rp3,39 triliun dalam sebulan. 

Kemudian saham Low Tuck Kwong PT Bayan Resources Tbk. (BYAN) juga terpantau anjlok 5,03% secara ytd ke level Rp18.900 per saham. Dalam perdagangan sepekan BYAN turun 0,26%. Asing terpantau membukukan net sell sebesar Rp5,31 miliar dalam sepekan perdagangan. 

PT Astra International Tbk. (ASII) berada di posisi Rp5.125 per saham. ASII terpantau turun 9,29% secara year to date atau sebesar 1,44 dalam perdagangan sebulan. Asing mulai mengakumulasi saham ASII dalam sepekan sebesar Rp68,42 miliar namun masih mencatatkan net sell sebesar Rp627,70 sebulan perdagangan. 

Selanjutnya adalah PT Amman Mineral Internasional Tbk. (AMMN) yang mampu melambung 45% secara year to date ke level Rp9.500 per saham. AMMN juga terpantau dikoleksi asing sebesar Rp7,98 miliar dalam perdagangan sepekan. 

Adapun dua emiten Prajogo Pangestu BREN dan TPIA terpantau kompak naik. BREN berada di level Rp9.65 per saham dan TPIA di posisi Rp7.975 per saham. 

BREN naik 29,10% secara year to date yang membuatnya bercokol di posisi pertama saham dengan market cap terbesar melampaui BBCA. Asing juga mengakumulasi saham BREN sebesar Rp131,25 miliar dalam sepekan dan sebesar Rp1,15 triliun dalam sebulan perdagangan. 

Kemudian TPIA melonjak 51,90% secara year to date. Saham TPIA juga tercatat dikoleksi asing sebesar Rp140,52 miliar dalam sepekan dan sebesar Rp1,03 triliun dalam perdagangan sebulan. 

Tren penurunan dan kaburnya dana asing tersebut terjadi ketika fenomena tahunan sell in may and go away terjadi. Fenomena Sell in May and Go Away mengacu pada strategi investor mengurangi porsi saham pada Mei. Misalnya, para investor asing meninggalkan pasar saham untuk pergi berlibur selama musim panas, lalu masuk kembali ke pasar saham pada November. 

Pada pemberitaan Bisnis.com sebelumnya, Research Analyst Infovesta Kapital Advisori Arjun Ajwani mengatakan, jika berkaca pada data historis sejak Mei 2013 atau selama 10 tahun terakhir, fenomena pelemahan IHSG akibat fenomena sell in May tidak selalu terjadi.

"Belum terbukti sell in May and go away akan terjadi berdasarkan data historis, hanya 60% sejak 10 tahun terakhir IHSG mengalami kinerja yang negatif dan itu lebih dipengaruhi dari kondisi pasar dan ekonomi pada saat itu, bukan karena fenomena tersebut," jelas Arjun kepada Bisnis.com, Senin (29/4/2024).

Kinerja saham big caps per 8 Mei 2024

Emiten 

Harga Saham 

% year to date

% sepekan

% satu bulan

BREN

Rp9.650

29,10% 

4,61%

78,70%

BBCA

Rp9.375

-0,27%

-4,34%

-4,82%

BBRI

Rp4.680

-18,25% 

-5,26%

21,01%

TPIA

Rp7.975

51,90%

5,28%

30,74%

AMMN

Rp9.500

45,04%

-2,06%

7,34%

BYAN

Rp18.900

-5,03%

-0,26%

-0,79%

TLKM

Rp3.080

-22,03%

2,84%

12,25%

BMRI

Rp6.275

3,72%

-9,06%

-9,06%

ASII

Rp5.125

-9,29%

-0,49%

-1,44%

BBNI

Rp4.670

-13,12%

-11,05%

-17,35%

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Artha Adventy
Editor : Reni Lestari
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper