Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Katalis SSIA, BYD hingga Garmen China Borong Lahan Subang Smartpolitan

PT Surya Semesta Internusa Tbk (SSIA) mendapat katalis positif seiring dengan masuknya investor China sepertis BYD ke Subang Smartpolitan.
PT Surya Semesta Internusa Tbk (SSIA) mendapat katalis positif seiring dengan masuknya investor China sepertis BYD ke Subang Smartpolitan.
PT Surya Semesta Internusa Tbk (SSIA) mendapat katalis positif seiring dengan masuknya investor China sepertis BYD ke Subang Smartpolitan.

Bisnis.com, JAKARTA - PT Surya Semesta Internusa Tbk (SSIA) mendapat katalis positif seiring dengan potensi masuknya investor China, seperti produsen mobil listrik BYD hingga perusahaan garmen, ke Subang Smartpolitan.

Subang Smartpolitan merupakan kawasan industri yang dikelola oleh PT Suryacipta Swadaya (SCS), entitas dari PT Surya Semesta Internusa Tbk (SSIA).

PT Suryacipta Swadaya pun memasang target penjualan agresif sebesar 164 hektare pada 2024 atau lebih tinggi dari target yang ditetapkan di awal 60 hektare.

Vice President Sales & Marketing PT Suryacipta Swadaya Abednego Purnomo mengatakan peningkatan target tersebut didorong animo investor asing, khususnya dari China yang membludak sejak akhir 2022 setelah negara tersebut membuka pembatasan pascapandemi.

"Sebenarnya target dari korporasi sendiri kita target 60 hektare untuk Subang, tetapi kami percaya bahwa tahun ini kami akan tutup sekitar 164 hektare," kata Abed, Rabu (8/5/2024).

Menurut Abed, pascapandemi banyak pelaku industri dari China hingga Vietnam mencari pasar baru di luar pasar domestik lantaran pajak usaha yang tinggi hingga 20%-25%.

Sejumlah investor asal China yang melirik kawasan industri di Subang yakni produsen mobil listrik BYD, pabrikan motor listrik asal China, hingga pabrik garmen.

"Kenapa dari China? Karena ada trade war, kalau mereka tetap di China atau Vietnam mereka gak bisa survive karena merka kena hantam 20-25% pajak," ungkapnya.

Aktivitas investor manufaktur yang melesat pascapandemi memicu peningkatan permintaan lahan industri di Indonesia. Sebab, Indonesia memiliki pasar yang besar, konsumsi masyarakat yang tinggi, hingga stabilitas ekonomi dan politik yang baik.

"Dari sisi kestabilan ekonomi, Indonesia cukup bagus, kita gak kena trade war. Jadi dari segi politik dan ekonomi stabil," imbuhnya.

Di sisi lain, dia melihat kebijakan investasi di Indonesia semakin ramah terhadap asing sehingga memudahkan investor. Tak hanya itu, harga lahan dan biaya produksi dari sisi tenaga kerja dan ongkos logisik pun dinilai lebih efisien.

Lebih lanjut, Abed menyoroti kelengkapan rantai pasok komponen industri yang mulai lengkap di Indonesia, sehingga investor tak perlu khawatir terkait supplier.

"Memang gak bisa dipungkiri, ada beberapa teknologi yan di Indonesia belum ada, seperti tentunya teknologi baterai kendaraan listrik," tuturnya.

Untuk diketahui, BYD Indonesia baru saja menandatangani nota kesepahaman untuk membangun fasilitas manufaktur berkapasitas 150.000 unit per tahun di Subang Smartpolitan.

President Director PT BYD Motor Indonesia, Eagle Zhao mengatakan pembangunan pabrik tersebut akan memberikan kesempatan bagi industri lokal untuk membawa Tanah Air sebagai pemasok mobil listrik secara global.

"Kapasitas dari fasilitas manufaktur kami mengincar 150.000 unit per tahun. Total investasi di indonesia kami mengincar lebih dari US$1 miliar,” katanya saat pameran PEVS 2024, Selasa (30/4/2024).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper