Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga Komoditas Hari Ini (8/5): Emas Variatif, Batu Bara dan CPO Kompak Menghijau

Harga emas terpantau variatif pada perdagangan Rabu (8/7/2024). Sedangkan batu bara dan CPO ditutup menguat.
Ilustrasi emas batangan. Dok Bloomberg
Ilustrasi emas batangan. Dok Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA Harga emas terpantau bervariatif di kala bank sentral China (POBC) meningkatkan lagi pembeliannya, walaupun harga yang sangat tinggi. Sementara itu, harga batu bara dan harga crude palm oil (CPO) juga ditutup naik. 

Berdasarkan data Bloomberg, harga batu bara kontrak Mei 2024 di ICE Newcastle ditutup menguat 0,76% pada level US$146,40 per metrik ton pada perdagangan Selasa (7/5/2024). Kemudian, batu bara kontrak Juli 2024 juga menguat 0,34% ke US$146,60 per metrik ton. 

Berdasarkan data susunan kapal yang dikelola Bigmint, ekspor batu bara termal Indonesia pada April 2024 telah menurun 2% secara bulanan menjadi sebanyak 35,36 metrik juta ton, dibandingkan pada Maret 2024 yang sebesar 35,24 metrik juta ton. 

Lemahnya permintaan dari negara-negara importir utama dikatakan telah berdampak pada pasar batu bara termal Indonesia. Permintaan tetap rendah karena negara-negara konsumen terbesar semakin bergantung pada stok domestik yang melimpah. 

Ekspor batu bara ke China telah menurun sebesar 14% karena pembangkit listrik China lebih memilih batu bara dalam negeri karena batu bara termal Indonesia memiliki harga yang kompetitif. Hujan juga tiba-tiba turun di China Selatan, sehingga mengurangi permintaan dari Negeri Tirai Bambu. 

Lalu, ekspor batu bara termal Indonesia ke India juga menurun 4% secara bulanan. Penurunan terjadi karena pembeli yang bersikap wait-and-watch karena ketidakstabilan harga, stok yang melimpah, dan peningkatan produksi dalam negeri India. 

Harga Komoditas Hari Ini (8/5): Emas Variatif, Batu Bara dan CPO Kompak Menghijau

Harga Emas

Berdasarkan data Bloomberg, harga emas di pasar spot ditutup menguat 0,05% ke level US$2.315,26 per troy ounce pada penutupan perdagangan Selasa (7/5). Sedangkan, harga emas Comex kontrak Juni 2024 melemah -0,01% ke level US$2.323,90 per troy ounce.

Diketahui bahwa bank sentral China (PBOC) menambah cadangan emasnya selama 18 bulan berturut-turut pada April 2024, walaupun  laju pembelian melambat karena tingginya rekor harga.

PBOC juga telah menjadi salah satu pembeli terbesar dengan terus  meningkatkan kepemilikan emas batangannya sejak 2022. Namun, reli harga logam mulia yang memecahkan rekor sejak pertengahan  Februari 2024 telah meredam permintaan. 

Berdasarkan data resmi yang dirilis Selasa (7/5), pada April 2024 PBOC telah membeli sebanyak 60.000 troy ounce, menurun dari 160.000 ons pada Maret 2024 dan 390.000 ons pada Februari 2024. 

Menurut Goldman Sachs Group Inc, bank-bank sentral cenderung menjadi pembeli strategis jangka panjang, dan pembelian emas batangan oleh institusi-institusi di pasar-pasar negara berkembang masih akan terus berlanjut.

Harga Komoditas Hari Ini (8/5): Emas Variatif, Batu Bara dan CPO Kompak Menghijau

Harga CPO

Harga komoditas minyak kelapa sawit atau CPO berjangka pada perdagangan Selasa (7/5) kontrak Juli 2024 menguat 68 poin ke 3.930 ringgit per ton di Bursa derivatif Malaysia. Kontrak Juni 2024 juga ditutup menguat 47 poin menjadi 3.940 ringgit per ton. 

Mengutip Bernama, kontrak berjangka CPO telah berakhir lebih tinggi selama dua hari berturut-turut pada perdagangan Selasa (7/5). Menurut seorang pedagang, kenaikan ini didorong oleh kenaikan harga minyak kedelai di Chicago Board of Trade (CBOT) dan minyak nabati di China selama jam perdagangan Asia. 

Kepala Penelitian Komoditas Grup Sunvin yang berbasis di Mumbai, Anilkumar Bagani mengatakan bahwa berdasarkan data dari Asosiasi Pabrik Kelapa Sawit Semenanjung Selatan (SPPOMA), peningkatan tersebut juga didukung oleh penurunan produksi minyak sawit di pabrik-pabrik di Semenanjung Selatan sebesar 24% dari bulan sebelumnya untuk periode 1-5 Mei 2024. 

Seorang pedagang minyak sawit, David Ng juga menunjukan bahwa peningkatan  harga CPO terkait dengan kenaikan di pasar kedelai CBOT, akibat cuaca buruk di Amerika Selatan yang kemudian merembet ke harga minyak kelapa sawit.

“Kami melihat harga terdukung dengan baik di atas RM3.800 per ton dengan resistensi terlihat di RM4.000,” jelasnya. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper