Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Sempat Rp16.200, Sri Mulyani: Depresiasi Rupiah Lebih Rendah dari Ringgit dan Baht

Menteri Keuangan Sri Mulyani menyebut depresiasi rupiah masih lebih rendah dari nilai tukar negara tetangga, seperti Ringgit dan Baht.
Mata uang rupiah dan dolar Amerika Serikat di salah satu money changer, Jakarta, Sabtu (30/7/2022). Bisnis/Himawan L Nugraha
Mata uang rupiah dan dolar Amerika Serikat di salah satu money changer, Jakarta, Sabtu (30/7/2022). Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA – Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani mengungkapkan meski rupiah sempat melemah menuju lebih dari Rp16.200 per dolar AS, depresiasi tersebut masih lebih rendah dari nilai tukar negara tetangga. 

Misalnya, Ringgit milik Malaysia hingga Baht milik Thailand. Menurutnya, hal tersebut seiring dengan ketahanan eksternal ekonomi Indonesia cukup stabil dengan kebijakan nilai tukar yang mengarah pada menjaga stabilitas rupiah. 

Sampai dengan 28 Maret 2024, Sri Mulyani mencatat depresiasi rupiah sepanjang kuartal I/2024 sebesar 2,89%. 

“Ini lebih rendah depresiasinya dibandingkan mata uang dari beberapa negara seperti Thailand Baht [depresiasi] 6,41% ytd [year-to-date], Ringgit Malaysia 2,97%,” tuturnya dalam Konferensi Pers Hasil Rapat Berkala KSSK II Tahun 2024, Jumat (3/5/2024). 

Kinerja rupiah juga ditopang oleh kebijakan stabilitas Bank Indonesia (BI) serta surplus neraca perdagangan barang yang terus berlanjut berturut-turut selama 47 bulan sejak bulan Mei 2020.

Sementara posisi cadangan devisa (cadev) sampai akhir Maret pun tetap tinggi di angka US$140,4 miliar. Posisi ini setara dengan 6,4 bulan impor atau 6,2 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor. 

Memasuki masa awal kuartal II/2024, tekanan terhadap mata uang global terus berlanjut. Sri Mulyani memaparkan bahwa indeks nilai tukar dolar terhadap mata uang utama atau DXY menguat tajam mencapai level tertinggi 106,25 pada 16 April 2024. 

Dengan demikian, dolar mengalami apresiasi 4,86% dibandingkan dengan level pada akhir Tahun 2023. Alhasil, perkembangan ini memberikan tekanan terhadap seluruh mata uang dunia, termasuk rupiah. 

Pada penutupan pasar per 26 April 2024, Yen Jepang dan Won Korea Selatan masing-masing mengalami perlemahan yang tajam, yakni masing-masing 10,92% dan 6,34% (ytd) 

“Sedangkan mata uang Thailand Baht melemah 7,63% ytd. Rupiah juga mengalami perlemahan yaitu 5,02% ytd. Rupiah masih relatif lebih rendah,” jelas Sri Mulyani. 

Adapun, dalam dua hari terakhir, rupiah menunjukkan penguatan. Pada penutupan perdagangan hari ini, rupiah menguat ke level Rp16.083 per dolar AS. 

Mengutip data Bloomberg pukul 15.00 WIB, rupiah ditutup menguat 0,63% ke Rp16.083 per dolar AS. Adapun indeks dolar AS melemah 0,04% ke 105,25. 

Bersamaan dengan rupiah, yen Jepang naik 0,23%, won Korea Selatan naik 0,92%, dolar Singapura naik 0,16%, dan dolar Taiwan naik 0,92%. Kemudian yuan China melemah 0,17%, peso Filipina naik 0,29%, ringgit Malaysia naik 0,31%, dan baht Thailand naik 0,06%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper