Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Saham-saham Pilihan saat IHSG Tertekan Sentimen The Fed dan Sell in May

IHSG diprediksi melemah, terutama karena dibayangi tekanan jual seiring dengan fenomena Sell in May and Go Away dan sentimen The Fed yang menahan suku bunga.
IHSG diprediksi melemah, terutama karena dibayangi tekanan jual seiring dengan fenomena Sell in May and Go Away dan sentimen The Fed yang menahan suku bunga. Bisnis/Himawan L Nugraha
IHSG diprediksi melemah, terutama karena dibayangi tekanan jual seiring dengan fenomena Sell in May and Go Away dan sentimen The Fed yang menahan suku bunga. Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA —Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diprediksi melemah, terutama karena dibayangi tekanan jual seiring dengan fenomena Sell in May and Go Away. Selain itu, IHSG juga dipengaruhi sentimen The Fed yang menahan suku bunga acuan di level 5,25%-5,5% pada FOMC 1 Mei 2024.

Pada sesi I perdagangan Kamis (2/5/2024), IHSG melemah 1,63% atau 117,60 poin ke level 7.116,59. Namun sepanjang tahun berjalan (year-to-date/ytd), IHSG melemah 2,15%.

Sebagai informasi, fenomena Sell in May and Go Away mengacu pada strategi investor yang beramai-ramai menjual saham pada bulan Mei. Misalnya, para investor asing meninggalkan pasar saham untuk pergi berlibur selama musim panas, lalu masuk kembali ke pasar saham pada November.

Head of Research InvestasiKu (Mega Capital Sekuritas) Cheril Tanuwijaya mengatakan, ungkapan Sell in May and Go Away tidak selalu terjadi setiap tahun. Namun menurutnya IHSG memang saat ini sedang dalam tren koreksi yang belum ada tanda-tanda pembalikan arah.

"Pandangan kami dari Mega Capital Sekuritas, IHSG pada pekan ini bisa menguji level support psikologis 7.000, namun jika lanjut koreksi bisa ke support berikutnya di level 6.850," ujar Cheril kepada Bisnis, dikutip Kamis (2/5/2024).

Menurutnya, pada awal Mei fokus pasar langsung tertuju pada pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) The Fed yang memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan AS di kisaran target 5,25% - 5,5%. Hal itu sesuai dengan prediksi mayoritas pasar.

"Pasar lebih menantikan proyeksi dan clue dari Gubernur The Fed, Jerome Powell tentang kapan dan besaran pemangkasan suku bunga apakah masih ada peluang di tahun 2024 atau malah mundur lagi ke 2025," katanya.

Di sisi lain, pelaku pasar juga mencermati data-data ekonomi China, sebab pemulihan ekonomi China menjadi harapan mengingat besarnya kontribusi perdagangan dan pengaruhnya pada harga-harga komoditas yang dihasilkan di Indonesia. Selain itu pasar juga mencermati perkembangan konflik geopolitik Rusia-Ukraina dan Timur Tengah.

Menurutnya, dengan kondisi volatilitas di pasar saham tersebut, investor ritel akan melihat return di pasar Surat Berharga Negara (SBN) menarik untuk tujuan investasi jangka panjang.

"Namun kembali lagi ke profil risiko dan preferensi investor. Jika investor yang punya profil risiko agresif hingga moderat justru menyukai volatilitas yang terjadi di bursa saham," pungkasnya.

Analis MNC Sekuritas Herditya Wicaksana menambahkan, koreksi IHSG diperkirakan dipengaruhi oleh nilai tukar rupiah yang melemah dan Bank Indonesia (BI) yang meningkatkan BI rate ke level 6,25% untuk menstabilkan nilai tukar.

"Di sisi lain, diperkirakan investor cenderung mengamankan aset ke instrumen investasi yang dapat dikatakan minim risiko," ujar Herditya kepada Bisnis.

Terkait sentimen yang memengaruhi IHSG, dia mengatakan investor akan mencermati rilis data manufaktur China, rilis data pekerjaan AS dan hasil pertemuan The Fed.

Herditya merekomendasikan beberapa saham yaitu PT Hartadinata Abadi Tbk. (HRTA) dengan target harga Rp420-Rp436. Diikuti PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI) dengan target harga Rp4.960-Rp5.025, dan PT Elnusa Tbk. (ELSA) dengan target Rp414-Rp424.

________

Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Rizqi Rajendra
Editor : Ibad Durrohman
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper