Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Tips Investasi Reksa Dana saat Suku Bunga Tinggi

Kenaikan suku bunga menjadi peluang untuk berinvestasi pada dua jenis aset reksa dana.
Warga mengakses informasi tentang reksa dana di Jakarta, Rabu (6/7/2022). Bisnis/Himawan L Nugraha
Warga mengakses informasi tentang reksa dana di Jakarta, Rabu (6/7/2022). Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA – Kenaikan suku bunga Bank Indonesia atau BI Rate menjadi 6,25% memberikan kejutan kepada pasar finansial pada pekan lalu (24/4/2024). Meskipun begitu, kenaikan ini justru dipandang sebagai peluang menarik untuk berinvestasi pada Reksa Dana Pendapatan Tetap (RDPT), khususnya yang berbasis obligasi korporasi dan Reksa Dana Pasar Uang.

Head of Investment Bareksa Christian Halim menjelaskan bahwa langkah bank sentral menaikkan BI Rate guna menjaga stabilitas nilai tukar rupiah memang berdampak pada imbal hasil (yield) obligasi. Meski peningkatan yield mengindikasikan harga obligasi turun, hal ini dapat menjadi momentum investor berinvestasi di RDPT dalam jangka menengah.

“Meski harga unit RDPT berpotensi turun akibat kenaikan suku bunga, investor perlu memahami bahwa ini adalah fenomena jangka pendek. Reksa dana yang yang dikelola secara profesional masih memiliki prospek pertumbuhan yang baik,” jelasnya dalam siaran pers, Selasa (30/5/2024).

Christian juga menambahkan bahwa RDPT berbasis obligasi korporasi bisa menjadi alternatif yang lebih stabil untuk jangka pendek, meskipun risikonya masih tetap ada. Sebab, obligasi korporasi yang menjadi aset reksa dana cenderung minim fluktuasi dibandingkan obligasi negara.

Senada, Chief Investment Officer Jagartha Advisors Erik Argasetya menambahkan bahwa untuk jangka yang lebih panjang, reksa dana berbasis obligasi korporasi lebih unggul dibandingkan Indeks Reksa Dana Pendapatan Tetap.

"Artinya, jenis reksa dana ini dapat dijadikan basis investasi dengan tujuan investasi serta profil risiko apapun karena dapat mencetak kinerja positif baik di periode pendek maupun menengah. Serta yang tak kalah penting adalah imbal hasilnya cenderung lebih tinggi dibandingkan bunga deposito saat ini di sekitar 4% sebelum pajak," kata Erik.

Meskipun demikian, Erik mengingatkan bahwa harga obligasi korporasi juga berpeluang melemah seiring dengan pelemahan obligasi negara tetapi tidak akan besar karena biasanya mempunyai tenor yang lebih pendek. Jika terjadi penurunan harga, maka investor sebaiknya memanfaatkan momen ini untuk melakukan akumulasi reksa dana berbasis obligasi.

Hal lainnya yang juga membuat reksa dana berbasis obligasi menarik adalah masih adanya ketidakpastian global terutama terkait dengan eskalasi isu geopolitik di Timur Tengah. Investor akan kembali tertarik untuk berinvestasi di kelas aset yang lebih rendah secara risiko namun masih dapat memberikan potensi yield yang lebih stabil, dibandingkan saham yang lebih berfluktuasi.

Managing Partner Bareksa Prioritas Citra Putri menegaskan pentingnya investor untuk tetap berinvestasi dalam bentuk portofolio agar risiko terdiversifikasi dan potensi keuntungan tetap optimal.

"Dalam jangka pendek, investor juga dapat melakukan diversifikasi pada reksa dana pasar uang yang juga menghasilkan kinerja baik dalam setahun terakhir. Jika suku bunga tinggi berlangsung dalam waktu yang lebih lama, hal ini akan menguntungkan Reksa Dana Pasar Uang yang basisnya deposito. Selain itu, Reksa Dana Pasar Uang dapat menjadi switching dana parkir ketika investor melakukan profit taking sembari menunggu momen yang tepat untuk kembali masuk ke Reksa Dana Saham," ujar Citra.

Reksa Dana secara umum bisa menjadi instrumen yang bertujuan menjaga nilai dana investasi dari inflasi. Karena itu, investor juga disarankan untuk selalu menyesuaikan dengan profil risiko dan tujuan keuangan ketika memutuskan untuk berinvestasi reksa dana. (Fasya Kalak Muhammad)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Redaksi
Editor : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper