Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Jurus Bank Indonesia Belum Ampuh, Nilai Tukar Rupiah Dibuka Loyo

Nilai tukar rupiah dibuka turun ke level Rp16.215 per dolar AS, Kamis (25/4/2024), meski Bank Indonesia telah memutuskan menaikkan suku bunga
Karyawan menata uang tunai di Cash Center PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BBNI), Jakarta, Kamis (14/3/2024). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Karyawan menata uang tunai di Cash Center PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BBNI), Jakarta, Kamis (14/3/2024). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA - Nilai tukar rupiah dibuka turun ke level Rp16.215 per dolar AS, Kamis (25/4/2024). Pelemahan rupiah terjadi meski Bank Indonesia telah memutuskan menaikkan suku bunga menjadi 6,25%. 

Berdasarkan data Bloomberg, rupiah membuka perdagangan dengan penurunan sebesar 0,37% atau 60 poin ke level Rp16.215 per dolar AS. Sementara itu, indeks dolar tercatat turun 0,07% ke level 105,625. 

Sejumlah mata uang kawasan Asia lainnya bergerak bervariasi terhadap dolar AS. Yen Jepang turun 0,03%, peso Filipina melemah 0,55%, dolar Taiwan sebesar 0,18%, won Korea turun 0,56%, baht Thailand turun 0,13% dan ringgit Malaysia melemah 0,14%. 

Hanya yuan China yang naik 0,01% dan rupee India naik 0,03% terhadap dolar AS pada perdagangan hari ini. 

Sebelumnya, Direktur Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi memproyeksikan untuk perdagangan hari ini, Kamis (25/4/2024) mata uang rupiah fluktuatif namun ditutup menguat  di rentang Rp16.110 - Rp16.180 per dolar AS. 

Lebih lanjut mengatakan salah satu sentimen datang dari keputusan Bank Indonesia. Sesuai prediksi Bank Indonesia (BI) menaikkan suku bunga acuan atau BI Rate di level 6,25% pada Rapat Dewan Gubernur (RDG) periode 23-24 April 2024 di saat anjloknya nilai tukar rupiah.  

Keputusan menaikkan suku bunga untuk memperkuat stabilitas rupiah dari kemungkinan memburuknya risiko global serta langkah preemptive dan forward looking untuk memastikan inflasi tetap dalam sasaran 2,5±1% pada 2024 dan 2025. 

Di sisi lain, indeks dolar dan indeks dolar berjangka sedikit bergerak di perdagangan Asia setelah turun tajam pada hari Selasa, karena data indeks manajer pembelian menunjukkan kelemahan tak terduga dalam aktivitas bisnis AS.

“Namun dolar mempertahankan sebagian besar kenaikannya sejauh ini pada bulan April, karena para pedagang tidak memperhitungkan ekspektasi penurunan suku bunga lebih awal oleh Federal Reserve,” kata dia dalam riset harian.

Fokus pasar kini tertuju pada data ekonomi AS yang akan datang, yang berpotensi memberikan lebih banyak petunjuk mengenai suku bunga. Data produk domestik bruto kuartal pertama akan dirilis pada hari Kamis, sementara data indeks harga PCE alat pengukur inflasi pilihan The Fed  akan dirilis pada hari Jumat.

Indikator-indikator terbaru yang menunjukkan inflasi AS yang tinggi menyebabkan pasar mengabaikan ekspektasi penurunan suku bunga pada bulan Juni.

Di Asia, Bank of Japan mengadakan pertemuan penetapan kebijakan terbaru pada hari Jumat, di mana bank sentral diperkirakan akan mempertahankan suku bunga setelah menaikkan suku bunga untuk pertama kalinya dalam 17 tahun pada bulan Maret.

Di Eropa, Bank of England diperkirakan akan menurunkan suku bunga setidaknya setengah poin persentase tahun ini, dengan pemotongan pertama dilakukan pada bulan Juni atau Agustus.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Artha Adventy
Editor : Pandu Gumilar
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper