Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pefindo Raih Mandat Obligasi Rp53,17 Triliun, Bank-Tambang Terbesar

Pefindo mengantongi mandat surat utang korporasi sebesar Rp53,17 triliun dari 48 penerbit hingga akhir Maret 2024.
Mobil kas keliling perbankan siap melayani penukaran uang baru untuk Lebaran 2024 yang digelar Bank Indonesia (BI) di Istora Senayan, Gelora Bung Karno mulai 28-31 Maret 2024. JIBI/Feni Freycinetia
Mobil kas keliling perbankan siap melayani penukaran uang baru untuk Lebaran 2024 yang digelar Bank Indonesia (BI) di Istora Senayan, Gelora Bung Karno mulai 28-31 Maret 2024. JIBI/Feni Freycinetia

Bisnis.com, JAKARTA – PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) mengantongi mandat surat utang (obligasi) korporasi sebesar Rp53,17 triliun dari 48 penerbit hingga Maret 2024. Perusahaan di sektor perbankan dan tambang tercatat memiliki rencana penerbitan terbesar. 

Berdasarkan data Pefindo, sebanyak 5 perusahaan di sektor perbankan berencana menerbitkan surat utang korporasi senilai Rp7,65 triliun. Posisi ini disusul perusahaan tambang dengan nilai rencana penerbitan Rp5,6 triliun dari 5 perusahaan.

Peringkat berikutnya dihuni oleh perusahaan dari sektor jasa konstruksi dan multifinance yang akan menerbitkan surat utang sebesar Rp4,5 triliun dari masing-masing 4 penerbit. Adapun dua perusahaan pembiayaan non-multifinance akan menerbitkan Rp4 triliun. 

Sementara itu, terkait jenis surat utang, penawaran umum berkelanjutan (PUB) obligasi mendominasi dengan nilai Rp21,67 triliun. Adapun obligasi sebesar Rp19,12 triliun, PUB sukuk Rp8,23 triliun, medium term note (MTN) Rp2,53 triliun, dan sukuk Rp1,59 triliun.

Kepala Divisi Riset Ekonomi Pefindo Suhindarto menyatakan prospek penerbitan surat utang korporasi masih cukup baik hingga kuartal I/2024. Meski demikian, terdapat sejumlah faktor pendorong dan pemberat yang akan mempengaruhi prospek ke depan. 

Dia menuturkan aktivitas sektor riil yang terjaga menjadi salah satu faktor pendorong penerbitan surat utang pada 2024. Hal ini disebabkan aktivitas kampanye politik, mulai dari Pilpres hingga Pilkada mendatang yang membuat permintaan tetap kuat dan stabil. 

“Dengan demikian, hal tersebut berdampak pada kinerja perusahaan yang kemudian mendorong penerbitan surat utang korporasi pada 2024,” ujarnya pada Kamis (18/4/2024). 

Faktor pendorong lainnya adalah kondisi wait and see dari pelaku usaha yang cenderung menurun usai Pilpres, lalu kemampuan adaptasi korporasi dalam menghadapi suku bunga tinggi, hingga prospek penurunan suku bunga Bank Indonesia (BI) ke depan.

Di sisi lain, Suhindarto memaparkan faktor pemberat dari prospek penerbitan surat utang korporasi, antara lain suku bunga tinggi yang masih dijaga hingga awal semester I/2024, eskalasi risiko geopolitik yang berkepanjangan, dan adanya potensi pelemahan konsumsi. 

“Kami juga melihat jika suku bunga tinggi terus dipertahankan, maka premi risiko bagi perusahaan-perusahaan juga akan meningkat karena leverage keuangan perusahaan bakal naik akibat bunga yang lebih tinggi,” pungkasnya. 

Kondisi tersebut secara simultan berdampak pada selisih nilai obligasi korporasi yang lebih tinggi, sehingga biaya penerbitan bakal terkerek seiring kenaikan tingkat kupon.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper