Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Wall Street Cenderung Flat, Investor Nantikan Data Inflasi

Wall Street cenderung flat karena investor menantikan data inflasi AS yang menjadi pertimbangan suku bunga Federal Reserve.
Karyawan berada di Bursa Efek New York (NYSE) di New York, AS, Senin (27/6/2022). Bloomberg/Michael Nagle
Karyawan berada di Bursa Efek New York (NYSE) di New York, AS, Senin (27/6/2022). Bloomberg/Michael Nagle

Bisnis.com, JAKARTA - Wall Street cenderung flat pada perdagangan Senin (8/4/2024) karena investor menantikan data inflasi Amerika Serikat yang menjadi pertimbangan Federal Reserve terkait kebijakan suku bunga.

Saham-saham AS mengakhiri sesi Senin dengan sedikit perubahan karena investor memulai minggu besar yang akan melihat data inflasi baru untuk menguji pandangan penurunan suku bunga dan awal musim pendapatan kuartal I/2024.

 Dow Jones (DJIA) turun 0,03% ke 38.892,80, S&&P Index turun 0,04% ke 5.202,39, dan Nasdaq naik 0,03% menuju 16.253,96.

Laporan ketenagakerjaan yang kuat membantu mengangkat saham pada hari Jumat, tetapi tidak dapat menahan kerugian mingguan karena keraguan mengenai tekad Federal Reserve untuk menurunkan suku bunga mengganggu investor.

Imbal hasil Treasury 10-tahun mencapai 4,42% setelah aksi jual obligasi minggu lalu. Meskipun indeks acuan telah mengurangi kenaikannya, tetapi masih dalam jangkauan level penting 4,5% yang dipandang oleh beberapa orang sebagai titik kritis potensial untuk kenaikan menuju level tertinggi tahun lalu.

Kekhawatiran lain yang menambah kegelisahan adalah pandangan yang berbeda mengenai kebijakan dari para pembicara The Fed, meningkatnya kebisingan seputar pemilihan presiden (Pilpres) AS mendatang, dan lonjakan harga minyak akibat meningkatnya ketegangan di Timur Tengah yang dapat meningkatkan tekanan inflasi.

Semua hal tersebut mempertajam fokus pada rilis Indeks Harga Konsumen pada hari Rabu (10/4/2024), yang merupakan masukan penting dalam pengambilan keputusan The Fed dan petunjuk untuk melanjutkan ketahanan perekonomian AS. Investor akan mencermati tanda-tanda bahwa inflasi kembali ke tren menurun di bulan Maret setelah adanya tanda-tanda kakunya pembacaan di awal tahun ini.

Pada saat yang sama, pasar bersiap menghadapi musim pendapatan baru. Diperkirakan investor melihat hasil laporan keuangan bank-bank besar pada hari Jumat. Secara umum, Wall Street memperkirakan kuartal I/2024 akan menentukan tahun pertumbuhan pendapatan yang kuat di antara perusahaan-perusahaan S&P 500, harapan ini didorong oleh data tenaga kerja yang melonjak di bulan Maret.

Dengan latar belakang tersebut, haarga emas naik di atas US$2.350 per ounce dan menyentuh rekor baru. Sementara itu, minyak mencapai level tertinggi dalam beberapa bulan terakhir karena pasar menilai ketegangan di Timur Tengah telah mereda. Minyak mentah berjangka Brent menjadi US$90,48 per barel, sementara minyak mentah West Texas Intermediate di level US$86,43.

Saham Tesla (TSLA) melonjak 5% setelah CEO Elon Musk mengumumkan bahwa raksasa EV itu akan meluncurkan robotaxi yang telah lama ditunggu-tunggu pada 8 Agustus.

Sementara itu Bitcoin (BTC-USD), naik sekitar 3% selama 24 jam terakhir dan diperdagangkan kembali di atas US$71.500 per token.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Hafiyyan
Editor : Hafiyyan
Sumber : Yahoo Finance, Bloomberg
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper