Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Lo Kheng Hong Tegaskan Tidak Minat Saham Full Call Auction, Ini Alasannya

Lo Kheng Hong memberikan petuahnya untuk para investor di pasar saham, setelah BEI luncurkan papan pemantauan khusus (PPK) tahap II full call auction.
Investor saham yang dijuluki Warren Buffet Indonesia Lo Kheng Hong memaparkan materinya pada acara Mega Talkshow Investasi 2020 di Aula Barat Institut Teknologi Bandung (ITB), Bandung, Jawa Barat, Sabtu (7/3/2020). Bisnis/Rachman
Investor saham yang dijuluki Warren Buffet Indonesia Lo Kheng Hong memaparkan materinya pada acara Mega Talkshow Investasi 2020 di Aula Barat Institut Teknologi Bandung (ITB), Bandung, Jawa Barat, Sabtu (7/3/2020). Bisnis/Rachman

Bisnis.com, JAKARTA - Investor kawakan Lo Kheng Hong memberikan petuahnya untuk para investor di pasar saham, setelah Bursa Efek Indonesia (BEI) meluncurkan papan pemantauan khusus (PPK) tahap II full call auction.

Sebagaimana diketahui, papan pemantauan khusus full call auction menuai kritik dari para investor saham sejak perdana diluncurkan pada Senin (25/3/2024). Bahkan, muncul petisi di laman Change.org yang menuntut penghapusan aturan papan full auction, dan telah ditandatangani 11.205 orang pada Rabu (3/4/2024) pukul 13.30 WIB.

Terdapat 11 kriteria yang menyebabkan saham dijebloskan ke dalam papan pemantauan khusus, terutama berkaitan dengan fundamental. Di antaranya yaitu  harga rata-rata saham selama 6 bulan terakhir di pasar reguler dan/atau pasar reguler periodic call auction kurang dari Rp51, hingga memiliki ekuitas negatif pada laporan keuangan terakhir.

Oleh sebab itu, Lo Kheng Hong memberikan petuah atau nasihatnya kepada investor saham, agar tidak terjebak di saham-saham yang memiliki fundamental buruk.

"Saham-saham yang memiliki fundamental yang buruk jangan dibeli, hanya berinvestasi di wonderful company yang bisa memberikan keuntungan yang besar," ujar Lo Kheng Hong saat dihubungi Bisnis, Rabu (3/4/2024).

Pria yang mendapat julukan Warren Buffett Indonesia itu pun mengaku enggan untuk berinvestasi di saham-saham yang masuk ke dalam papan pemantauan khusus full call auction.

"Saya belum mempelajari mengenai full call auction, karena saya tidak berinvestasi di saham-saham yang ada di papan pemantauan khusus," jelasnya.

Kendati demikian, terlepas dari adanya berbagai polemik yang muncul di pasar saham terkait papan pemantauan khusus full call auction, Lo Kheng Hong mengakui bahwa dirinya masih akan tetap berinvestasi di instrumen saham.

Pak Lo, sapaan akrabnya, memilih berinvestasi di pasar saham Indonesia karena saham yang dibeli memiliki underlying bisnis. Artinya, mereka menjalankan bisnis dan menghasilkan keuntungan yang kemudian memberikan potensi pembagian dividen kepada investor. 

Dalam perjalanan berinvestasi di pasar modal sejak 1986, Lo Kheng Hong mengaku turut mengalami suka duka. Salah satunya yakni sempat tidak pernah mendapatkan keuntungan selama empat tahun. 

Dia sempat mengisahkan melewati masa tight money policy atau kebijakan pengetatan keuangan ketika mulai berinvestasi. Namun, momen itu tidak membuatnya putus asa sehingga akhirnya memperoleh keuntungan pada 1992.

Berdasarkan data yang dihimpun Bisnis Rabu (3/4/2024), Lo Kheng Hong masih mempertahankan kepemilikan lebih dari 5% di sejumlah emiten pasar saham Indonesia hingga akhir perdagangan Maret 2024. Beberapa di antaranya yakni PT Global Mediacom Tbk. (BMTR), PT Intiland Development Tbk. (DILD), dan PT Gajah Tunggal Tbk. (GJTL).

Mengacu data PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI), Lo Kheng Hong memiliki saham dengan kepemilikan jumbo hingga per akhir kuartal I/2024 di antaranya yaitu BMTR sebanyak 1,06 miliar lembar (6,44%), DILD 686,41 juta saham (6,62%), dan GJTL sebanyak 180,63 juta saham (5,18%).

---

Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Rizqi Rajendra
Editor : Pandu Gumilar
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper