Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

DPR Sebut Kinerja PT Timah (TINS) Hancur Lebur Akibat ‘Dirampok’

Angota Komisi VI DPR RI memandang kinerja emiten BUMN pertambangan PT Timah Tbk. (TINS) pada 2023 hancur lebur akibat skandal korupsi.
Suasana fasilitas pengolahan timah milik PT Timah Tbk. (TINS) di Mentok, Bangka, Indonesia, Selasa (19/11/2013)./Bloomberg-Dimas Ardian
Suasana fasilitas pengolahan timah milik PT Timah Tbk. (TINS) di Mentok, Bangka, Indonesia, Selasa (19/11/2013)./Bloomberg-Dimas Ardian

Bisnis.com, JAKARTA – Komisi VI DPR RI memandang kinerja emiten BUMN pertambangan PT Timah Tbk. (TINS) pada 2023 hancur lebur akibat skandal korupsi, yang melibatkan mantan pejabat perusahaan hingga Harvey Moeis, suami dari aktris Sandra Dewi. 

Pada 2023, TINS membukukan rugi bersih sebesar Rp449,69 miliar. Capaian tersebut berbanding terbalik dibandingkan kinerja 2022 yang mencatatkan laba senilai Rp1,04 triliun. 

“Jadi, semua kinerja keuangan memang hancur. Kelihatan sekilas kerugian Rp450 miliar, semua habis, ini kan dirampok habis perusahaan ini,” ujar Anggota Komisi VI Fraksi PDIP Darmadi Durianto dalam rapat dengar pendapat dengan manajemen PT Timah, Selasa (2/4/2024). 

Darmadi juga menyinggung mantan Direktur Utama TINS Mochtar Riza Pahlevi Tabrani yang kini ditetapkan sebagai tersangka oleh Kejaksaan Agung (Kejagung). Dia menyebut Riza Pahlevi sangat hebat karena mampu terpilih dua kali sebagai direktur utama. 

Mochtar Riza pertama kali dipilih sebagai Direktur Utama TINS dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) yang digelar 7 April 2016. Dia terpilih kembali dalam RUPS pada 6 April 2021, tetapi kemudian dicopot pada pengujung tahun. 

Dalam kasus korupsi PT Timah, selain Mochtar Riza Pahlevi, Kejagung juga menetapkan Emil Ermindra mantan Direktur Keuangan PT Timah, serta Alwin Albar, mantan Direktur Operasi dan Produksi perseroan sebagai tersangka. 

“Hal tersebut menandakan bahwa memang perusahaan ini dirampok, sehingga kinerja keuangannya hancur lebur,” kata Darmadi. 

Pada 2023, pendapatan TINS juga ambles 32,88% YoY menjadi Rp8,39 triliun. Pendapatan tersebut ditopang dari pertambangan timah sebesar Rp8,36 triliun, disusul pertambangan batu bara sebesar Rp1,05 triliun, dan segmen industri sebesar Rp962,22 miliar.

Selanjutnya, pendapatan segmen konstruksi menyumbang Rp307,5 miliar, dan segmen lainnya Rp441,79 miliar. Pendapatan itu kemudian dikurangi biaya eliminasi sebesar Rp2,73 triliun.

Sejalan dengan turunnya pendapatan, beban pokok TINS juga terpangkas 20,56% secara tahunan menjadi Rp7,92 triliun. Alhasil, laba bruto perseroan turun 81,55% YoY ke Rp465,94 miliar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper