Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Usai The Fed Umumkan Suku Bunga, Harga Minyak Mentah Memanas

Harga minyak West Texas Intermediate (WTI) kontrak Mei 2024 menguat 0,53% atau 0,42 poin menjadi US$81,69 per barel pada pukul 15.05 WIB.
Kilang minyak lepas pantai di Skotlandia/Bloomberg-Jason Alden
Kilang minyak lepas pantai di Skotlandia/Bloomberg-Jason Alden

Bisnis.com, JAKARTA - Harga minyak mentah telah menguat setelah bank sentral Amerika Serikat (AS) atau Federal Reserve (The Fed) mengisyaratkan rencana untuk memangkas suku bunga pada 2024. 

Berdasarkan data Bloomberg, Kamis (21/3/2024), harga minyak West Texas Intermediate (WTI) kontrak Mei 2024 menguat 0,53% atau 0,42 poin menjadi US$81,69 per barel pada pukul 15.05 WIB. Kemudian, harga minyak Brent kontrak Mei 2024 juga menguat 0,56% atau 0,48 poin ke level US$86,43 per barel.

Diketahui bahwa bank sentral Negeri Paman Sam telah mempertahankan prospeknya, yakni tiga kali penurunan suku bunga pada tahun ini. Hal tersebut diungkapkan setelah mereka mempertahankan suku bunga tetap stabil pada pertemuan bulan ini. 

Menimbang keputusan tersebut, mata uang dolar AS kemudian mengalami pelemahan. Hal ini kemudian dapat menguntungkan komoditas yang dijualbelikan dalam mata uang dolar. 

Harga minyak mentah patokan global yakni Brent, kini juga terpantau menguat di atas US$86 per barel setelah pada Rabu (20/3) mencatatkan penurunan terbesar dalam sebulan.

Di lain sisi, persediaan minyak mentah AS secara nasional juga menurun sebesar 1,95 juta barel, telah menyusut selama dua minggu berturut-turut. Persediaan bensin juga mengalami penurunan yang lebih besar dari perkiraan. 

“Meskipun ada tanda-tanda bahwa reli harga minyak telah kehabisan tenaga, harga minyak dan pasar yang lebih luas telah terhibur karena The Fed mengulangi perkiraannya untuk tiga kali penurunan suku bunga tahun ini,” jelas kepala strategi komoditas di ING Groep NV, Warren Patterson. 

Namun, ekspektasi untuk inflasi yang terus-menerus dinilai akan menjadi penghalang bagi minyak dalam jangka panjang.

Untuk diketahui, harga minyak mentah telah mencatatkan kenaikan persentase dua digit pada tahun ini, melampaui kisaran sempit dalam beberapa pekan terakhir. Hal ini terjadi karena OPEC+ memperpanjang pengurangan produksi. 

Kemudian, ketegangan geopolitik meliputi serangan pesawat tak berawak Ukraina terhadap kiang Rusia dan meningkatnya biaya transportasi karena serangan terhadap kapal di Laut Merah juga mendukung harga. 

Namun, kenaikan tersebut juga terbatas karena pasokan minyak di negara-negara yang tidak tergabung dalam OPEC+ mengalami lonjakan. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Sumber : Bloomberg
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper