Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Sederet Komentar Analis usai Melihat Ebitda Positif GOTO

PT GOTO Gojek Tokopedia Tbk. (GOTO) mendapatkan respon positif dari kalangan analis setelah merilis kinerja keuangan 2023.
Pengemudi gojek mengambil paket barang yang dibeli dari Tokopedia di salah satu gudang Jakarta, Senin (24/5/2021). - Bloomberg/Dimas Ardian
Pengemudi gojek mengambil paket barang yang dibeli dari Tokopedia di salah satu gudang Jakarta, Senin (24/5/2021). - Bloomberg/Dimas Ardian

Bisnis.com, JAKARTA – PT GOTO Gojek Tokopedia Tbk. (GOTO) mendapatkan respon positif dari kalangan analis setelah merilis kinerja keuangan 2023.

Analis Ciptadana Sekuritas Gani mengatakan GOTO untuk kali pertama membukukan adjustment EBITDA positif pada kuartal IV/2023 sebesar Rp77 miliar. Menurutnya ada tiga faktor kunci yang berkontribusi terhadap titik impas.

Pertama, mempercepat pertumbuhan karena gross transaction value (GTV) mencapai Rp163 triliun pada kuartal akhir atau tumbuh sebesar 7,8% secara kuartalan (QoQ). Kedua monetisasi yang lebih kuat dengan tingkat pengambilan bersih sebesar 2,6% pada kuartal IV/2023, meningkat dari 2,4% pada kuartal sebelumnya.

“Hal ini disebabkan oleh penurunan insentif pelanggan sebesar 6,6%, yang mendorong pendapatan bersih tumbuh baik sebesar 17,8% QoQ menjadi Rp4,3 triliun pada kuartal IV/2023. Tingkat penerimaan kotor juga stabil di 4,0%,” ungkapnya dalam riset, Kamis (21/3/2024).

Adapun faktor ketiga adalah efisiensi biaya lebih lanjut, khususnya pada biaya overhead dan biaya tetap.

Catatan lain yang disoroti Gani yakni penurunan nilai goodwill sebesar Rp78,7 triliun dan kerugian keuangan MTM sebesar Rp1,0 triliun. Hal itu mendorong laba bersih mencatat kerugian sebesar Rp90,4 triliun pada 2023.

“Namun demikian, biaya tersebut merupakan biaya hangus dan non-tunai. Setelah penghapusan tersebut, GOTO dapat memulai tahun 2024 dengan buku yang lebih bersih dan berada pada posisi yang kuat posisi dengan adj. EBITDA sudah berubah positif dan saldo kasnya mencapai Rp25,1 triliun,” tegasnya.

Oleh sebab itu, Gani merekomendasikan beli saham GOTO dengan target Rp150.

Sementara itu, Tim riset Trimegah Sekuritas Richardson Raymond dan Sabrina mengungkapkan pada 2024, GOTO akan fokus berinvestasi kembali pada bisnis intinya, khususnya di bidang sektor fintech.

“Investasi ulang ini sangat penting bagi perusahaan untuk mengakses yang lebih besar basis pelanggan, yang mengalami kerugian pada 2023 karena tindakan efisiensi, dan kemudian memonetisasinya. Salah satu inisiatif produk utama untuk tahun ini adalah buy now pay later [BNPL] untuk Tiktok Shop,” jelasnya.

Adapun tiga pilar focus GOTO tahun ini adalah memperluas pasar untuk konsumen dengan anggaran terbatas serta meningkatkan frekuensi pengguna yang ada. Kedua, meningkatkan monetisasi melalui take rate yang lebih tinggi pada produk seperti Gopay. Ketiga, semakin meningkatkan fundamental perusahaan dengan disiplin biaya yang solid.

“GOTO fokus pada dua inisiatif utama untuk segmen fintech-nya: peluncuran BNPL bagi layanan TikTok Shop dan berkolaborasi dengan BFI dalam pembiayaan driver,” tegasnya.

Sementara itu, analis Bahana Sekuritas Robert Sebastian memberikan target harga sebesar Rp90 bagi saham GOTO. Menurutnya rencana perseroan melakukan buyback bisa mengerek harga saham GOTO.

“Kami positif terhadap rencana pembelian kembali saham perseroan sebesar Rp3,1 triliun, karena kas perusahaan tetap kuat di Rp25 triliun. Kami pikir dekonsolidasi Tokopedia memberikan lebih banyak ruang untuk penggunaan tunai, sebagai pembelian kembali,” jelasnya.

Robert menambahkan nilai buyback masih terkendali jika dibandingkan dengan pengeluaran biaya promosi segmen e-commerce sepanjang tahun sebesar Rp7 triliun, atau mencapai Rp1,8 triliun per kuartal.

Adapun pembelian kembali saham diharapkan dapat dilakukan setelah persetujuan RUPST pada Juni. Selain itu, Bahan Sekuritas melakukan penyesuaian pada perkirkaan pendapatan sebesar 0,7%/0,8% pada 2024/2025, karena menghapus segmen e-commerce dari GTV.

Secara keseluruhan, adj.EBITDA kami berada pada Rp125 miliar pada 2024 dan Rp357 miliar pada 2025 disebabkan oleh perubahan biaya kompensasi berbasis saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Pandu Gumilar
Editor : Pandu Gumilar
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper