Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga Komoditas Hari Ini (20/3): Emas Variatif Jelang Hasil The Fed, Batu Bara Turun

Harga emas bergerak variatif pada perdagangan Rabu (20/3). Batu bara dan CPO ditutup melemah.
Tumpukan emas batangan 1 kilogram di YLG Bullion International Co. Bangkok, Thailand pada Jumat (22/12/2023). - Bloomberg/Chalinee Thirasupa
Tumpukan emas batangan 1 kilogram di YLG Bullion International Co. Bangkok, Thailand pada Jumat (22/12/2023). - Bloomberg/Chalinee Thirasupa

Bisnis.com, JAKARTA - Harga emas hari ini bergerak variatif menjelang pengumuman suku bunga bank sentral Amerika Serikat (AS) The Fed. Sementara itu, harga batu bara dan CPO ditutup melemah. 

Berdasarkan data Bloomberg pada Rabu (20/3/2024) harga emas spot melemah -0,03% atau -0,63 poin ke US$2.156,96 per troy ounce pada pukul 7.06 WIB. Sementara itu, harga emas berjangka Comex kontrak Juni 2024 mengalami penguatan sebesar 0,02% atau 0,50 poin ke US$2.181,70 per troy ounce pada pukul 6.54 WIB.

Mengutip Reutersharga emas melemah pada Selasa (19/3) lantaran dolar AS menguat sehari sebelum The Fed memberi sinyal sikap suku bunga pada akhir pertemuan bank sentral tersebut.

Indeks dolar AS menguat 0,2% setelah menyentuh level tertinggi dalam lebih dari dua minggu di awal sesi, membuat emas lebih mahal bagi pembeli di luar negeri.

Ahli strategi komoditas TD Securities Ryan McKay mengatakan bahwa emas telah melemah karena posisinya yang telah bergerak cepat selama satu atau dua minggu terakhir. Kini komoditas tersebut mengambil sedikit jeda karena perkiraan The Fed sedikit menurun.

"Untuk saat ini kami tidak memperkirakan adanya reli dalam waktu dekat. Namun pada saat yang sama, kami juga tidak memperkirakan adanya aksi jual besar-besaran karena pasar fisik tetap kuat dan posisinya masih cukup bullish," terangnya. 

Harga Batu Bara

Berdasarkan data Bloomberg yang dikutip Rabu (20/3), harga batu bara berjangka kontrak April 2024 di ICE Newcastle pada perdagangan Selasa (19/3) melemah -2,07% atau -2,65 poin ke level US$125,10 per metrik ton.

Kemudian, kontrak pengiriman untuk Mei 2024 juga mengalami penurunan sebesar -1,74% atau -2,25 poin ke level US$127,25 per metrik ton. 

Berdasarkan catatan BisnisKementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) telah menyetujui 587 permohonan rencana kerja dan anggaran biaya (RKAB) pada sektor batu bara.

Dari 587 permohonan RKAB yang disetujui, Plt Dirjen Mineral dan Batu Bara (Minerba) Bambang Suswantono mengatakan bahwa rencana produksi batu bara dalam tiga tahun mendatang berada di level 900 juta ton.

“Total tonase batu bara untuk tahun 2024 adalah sebesar 922,14 juta ton, tahun 2025 sebesar 917,16 juta ton, dan untuk tahun 2026 sebesar 902,97 juta ton,” terangnya. 

Sebelumnya, produksi batu bara termal di China mengalami penurunan untuk pertama kalinya dalam beberapa tahun. Biro Statistik Nasional melaporkan bahwa produksi Januari-Februari 2024 menurun 4,2% menjadi 705 ton.

Soal keamanan dalam pertambangan juga menekan produksi menimbang meningkatnya angka kematian. Namun, menurunnya produksi tambang bukan berarti ketergantungan juga menjadi berkurang. 

Harga CPO

Harga CPO atau minyak kelapa sawit di Bursa Derivatif Malaysia pada Mei 2024 melemah -40 poin menjadi 4.246 ringgit per metrik ton. Kemudian untuk kontrak Juli 2024 melemah -24 poin menjadi 4.127 ringgit per metrik ton.

Mengutip Reutersharga minyak sawit berjangka Malaysia telah melemah pada Selasa (19/3) karena tidak adanya katalis batu di pasar dan melemahnya minyak kedelai Dalian dan Chicago.

Kepala riset komoditas di Sunvin Group yang berbasis di Mumbai, Anilkumar bagani, mengatakan bahwa bursa berjangka CPO Malaysia dibuka lebih tinggi, namun dengan cepat melemah karena aksi ambil untung. 

Menurutnya, hal tersebut sebagian besar karena faktor dan berita bullish sudah diperhitungkan, serta pasar yang kini tidak memiliki momentum baru untuk mempertahankan kenaikan baru-baru ini. 

Pelemahan di bursa berjangka Chicago dan harga minyak kedelai di Amerika Selatan dinilai telah membuat para pembeli minyak kelapa sawit waspada. Hal ini lantaran premium minyak kelapa sawit atas minyak nabati lainnya semakin melebar.

Dewan Minyak Sawit Malaysia juga mengatakan bahwa negaranya mempertahankan pajak ekspor untuk minyak sawit mentah sebesar 8% untuk April 2024, dan meningkatkan harga acuan. 

Kontrak minyak sawit Dalian, DCPcv1, naik 0,02%. Kontrak minyak kedelai, DBYcv1 turun -0,51%. Harga kedelai di Chicago Board of Trade (CBOT), BOc2 turun tipis sebesar -0,53%.

Berdasarkan data Bloomberg, mata uang Ringgit malaysia ditutup melemah -0,40% terhadap dolar AS pada Selasa (19/3). Ringgit yang melemah membuat minyak kelapa sawit lebih menarik bagi pemegang mata uang asing. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper