Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekap Harga Komoditas dalam Sepekan: Batu Bara Lesu, CPO Menghijau

Harga batu bara tercatat melemah dalam sepekan. Semenatara harga CPO justru mencatatkan penguatan.
Aktivitas tambang batu bara di Tanjung Enim, Kabupaten Muara Enim, Sumatra Selatan. - Bisnis/Husnul Iga Puspita
Aktivitas tambang batu bara di Tanjung Enim, Kabupaten Muara Enim, Sumatra Selatan. - Bisnis/Husnul Iga Puspita

Bisnis.com, JAKARTA - Harga komoditas batu bara telah mengalami pelemahan dalam sepekan, ketika stok pembangkit listrik baru bara India diperkirakan cukup untuk memenuhi lonjakan permintaan. Harga crude palm oil (CPO) justru menguat dalam sepekan dengan bias harga naik pada minggu ini. 

Berdasarkan data Bloomberg yang dikutip Senin (18/3/2024), harga batu bara berjangka kontrak April 2024 di ICE Newcastle pada perdagangan Jumat (16/3) menguat 0,46% atau 0,60 poin ke level 130,10 per metrik ton. Namun dalam sepekan, kontrak ini telah melemah -4,69%.

Kemudian, kontrak pengiriman untuk Mei 2024 yang memiliki volume terbanyak, menguat 0,61% atau 0,80 poin ke level 131,25 per metrik ton. Dalam sepekan, kontrak ini telah melemah sebesar -4,23%.

Mengutip livemint, sekretaris, serikat pekerja kementerian batu bara India Amrit Lal Meena mengatakan bahwa stok batu bara di seluruh pembangkit listrik India akan cukup untuk memenuhi antisipasi lonjakan permintaan listrik pada musim panas mendatang. 

Adapun, Meena menuturkan bahwa India akan terus melanjutkan penambahan stok batu bara di pembangkit listrik, selama di musim panas dan monsun. Total stok batu bara diperkirakan mencapai 155 juta ton pada akhir tahun fiskal, dibandingkan 125 juta ton pada 2023.

“Pada 15 hari pertama bulan Maret tahun lalu, penipisan stok batu bara dimulai karena suhu meningkat. Namun tahun ini meningkat sebesar 200.000 ton per hari. Tren ini akan terus berlanjut karena kapasitas meningkat secara signifikan, baik untuk produksi maupun transportasi,” terangnya. 

Penipisan stok pada April hingga Juni 2024 diperkirakan kemungkinannya kecil. Tren kenaikan juga akan berlanjut pada musim hujan, namun tingkat kenaikan stok harian mungkin melambat pada musim hujan. 

Permintaan listrik puncak pada tahun fiskal berikutnya diperkirakan akan mencapai 260 gigawatt (GW), yakni angka tertinggi baru, jauh dari rekor pada tahun lalu yang sebesar 243 GW

Rekap Harga Komoditas dalam Sepekan: Batu Bara Lesu, CPO Menghijau

Harga CPO

Berikutnya, untuk harga CPO atau minyak kelapa sawit di Bursa Derivatif Malaysia pada Mei 2024 melemah -2 poin menjadi 4.293 ringgit per metrik ton, namun telah mencatatkan penguatan sekitar 4,71% dalam sepekan.

Kemudian untuk kontrak Juli 2024 menguat 1 poin menjadi 4.132 ringgit per metrik ton, dan menguat 5,98% dalam sepekan.

Mengutip Reuters, Kontrak berjangka minyak sawit mentah (CPO) di Bursa Malaysia Derivatives diperkirakan akan diperdagangkan pada level saat Jumat (15/3) dengan bias naik pada minggu ini. 

Pedagang minyak kelapa sawit David Ng berpendapat bahwa tingkat stok yang rendah serta laju produksi yang lebih lemah dari perkiraan dapat mendukung sentimen yang kuat.

"Oleh karena itu, kami memperkirakan harga akan diperdagangkan antara 4.150 ringgit per metrik ton dan 4.300 ringgit per metrik ton," ujarnya kepada Bernama.

Kemudian, trader senior Interband Group of Companies Jim Teh berpendapat bahwa aksi ambil untung mungkin juga akan terjadi minggu depan, menimbang tren kenaikan harga CPO dalam dua atau tiga minggu terakhir.

Dia mengatakan bahwa baik di Malaysia maupun di Indonesia, terjadi kekurangan stok di pasar sehingga akan menjadi tekanan. Harga CPO juga diproyeksi bergerak di antara 3.700-3.900 ringgit per metrik ton. 

Untuk minggu lalu, diketahui bahwa CPO diperdagangkan lebih tinggi ketika stok CPO Malaysia yang rendah sehingga harga suplai di pasar mengetat dan mengikuti harga minyak kedelai yang juga lebih tinggi di Chicago Board of Trade (CBOT) dan Dalian Commodity Exchange.

Berdasarkan data Bloomberg, mata uang Ringgit malaysia ditutup melemah -0,45% terhadap dolar AS pada Jumat (15/3). Ringgit yang melemah membuat minyak kelapa sawit lebih menarik bagi pemegang mata uang asing. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper