Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nilai Aset Bersih Saratoga (SRTG) Tembus Rp48,9 Triliun 2023

Emiten milik Edwin Soeryadjaya, PT Saratoga Investama Sedaya Tbk. (SRTG) mencatatkan nilai aset bersih atau net asset value (NAV) sebesar Rp48,9 triliun
Presiden Komisaris PT Saratoga Investama Sedaya Tbk. Edwin Soeryadjaya (kedua kanan), Presiden Direktur Michael W. P Soeryadjaya (kiri), Direktur Keuangan Lany Djuwita (kedua kiri) dan Direktur Andi Esfandiari, berbincang di sela-sela RUPST dan RUPSLB Saratoga, di Jakarta, Selasa (26/6/2018)./JIBI-Nurul Hidayat
Presiden Komisaris PT Saratoga Investama Sedaya Tbk. Edwin Soeryadjaya (kedua kanan), Presiden Direktur Michael W. P Soeryadjaya (kiri), Direktur Keuangan Lany Djuwita (kedua kiri) dan Direktur Andi Esfandiari, berbincang di sela-sela RUPST dan RUPSLB Saratoga, di Jakarta, Selasa (26/6/2018)./JIBI-Nurul Hidayat

Bisnis.com, JAKARTA - Emiten investasi milik konglomerat Edwin Soeryadjaya, PT Saratoga Investama Sedaya Tbk. (SRTG) mencatatkan nilai aset bersih atau net asset value (NAV) sebesar Rp48,9 triliun pada 2023, capaian itu turun 20% dibandingkan periode sama 2022.

Berdasarkan laporan keuangan di laman BEI, SRTG mencatatkan rugi tahun berjalan yang diatribusikan kepada pemilik perusahaan sebesar Rp10,14 triliun pada 2023, dibandingkan periode sama pada 2022 yang mencatatkan laba Rp4,61 triliun. 

Penyebabnya, Saratoga membukukan kerugian neto atas investasi pada saham dan efek lainnya sebesar Rp13,81 triliun, dibandingkan periode sama 2022 yang mencatatkan keuntungan sebesar Rp3,72 triliun.

Direktur Investasi Saratoga Devin Wirawan mengatakan, turunnya NAV Saratoga 20% disebabkan oleh gejolak harga komoditas sepanjang 2023 telah berdampak terhadap harga saham-saham perusahaan portofolio utama Saratoga yaitu PT Adaro Energy Indonesia Tbk. (ADRO) dan PT Merdeka Copper Gold Tbk. (MDKA).

"Fluktuasi harga saham tersebut ikut berdampak terhadap NAV Saratoga pada akhir tahun lalu,” ujar Devin dalam keterangannya, Senin (18/3/2024).

Di lain sisi, dia mengatakan arus kas dividen dan divestasi Saratoga pada akhir 2023 yang mencapai level tertinggi yaitu sebesar Rp3,9 triliun. Selain mendorong peningkatan dividen, Saratoga juga melakukan divestasi dan monetisasi terhadap portofolio yang sudah matang dan menghasilkan return maksimal bagi perseroan.

"Dengan dana kas tersebut, kami mempunyai kapasitas yang luas untuk melakukan berbagai inisiatif strategi investasi, baik di tahun 2023 maupun pada tahun-tahun yang akan datang," paparnya.

Adapun, pada 2023 Saratoga juga telah menjalankan strategi investasinya dengan meningkatkan kepemilikan di PT MGM Bosco Logistik (MBL) sehingga menjadi pemegang saham mayoritas. 

Direktur Keuangan Saratoga Lany D. Wong menambahkan Saratoga telah memperkuat likuiditas internal pada 2023. Hal itu tecermin dari penurunan posisi utang yang juga berdampak pada terpangkasnya biaya bunga hingga 49% pada 2023. 

Dia mengatakan, berdasarkan posisi 31 Desember 2023, SRTG menurunkan utang bersih hingga 62% menjadi Rp263 miliar, dibandingkan tahun sebelumnya sebesar Rp688 miliar. Menurutnya, SRTG juga menjaga rasio biaya dan utang tetap berada pada tingkat yang sehat.  

"Biaya operasional terhadap NAV masing-masing sebesar 0,5% dan loan to value menjadi 0,4% dari sebelumnya 1,1% pada tahun 2022,” ungkap Lany.

Menurut Lany, salah satu strategi SRTG ke depan adalah memperkuat investasi di portofolio yang sudah ada atau menambah portofolio baru yang memiliki prospek pertumbuhan bisnis yang baik dalam jangka panjang.

Adapun, nilai investasi SRTG di perusahaan blue chip turun 21,45% yoy menjadi Rp40,24 triliun pada 2023, dibandingkan periode sama 2022 sebesar Rp51,23 triliun. Beberapa emiten blue chip portofolio SRTG yaitu PT Tower Bersama Infrastructure Tbk. (TBIG), PT Merdeka Copper Gold Tbk. (MDKA), dan PT Adaro Energy Tbk. (ADRO). 

Sementara itu investasi saham SRTG di perusahaan berkembang juga turun 0,37% menjadi Rp5,96 triliun, dibandingkan 2022 sebesar Rp5,98 triliun. Sederet perusahaan berkembang portofolio SRTG yaitu PT Mitra Pinasthika Mustika Tbk. (MPMX), PT Provident Investasi Bersama Tbk. (PALM) PT Nusa Raya Cipta Tbk. (NRCA) dan PT Samator Indo Gas Tbk. (AGII).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Rizqi Rajendra
Editor : Pandu Gumilar
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper