Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Faktor Pemicu Emas dan Bitcoin Sentuh Level Tertinggi Sepanjang Masa

Emas dan Bitcoin menyentuh level tertinggi sepanjang masa dalam beberapa hari terakhir. Ini faktor pendorongnya!
Warga beraktivitas di dekat logo mata uang kripto di Depok, Jawa Barat, Rabu (4/1/2023). Bisnis/Arief Hermawan P
Warga beraktivitas di dekat logo mata uang kripto di Depok, Jawa Barat, Rabu (4/1/2023). Bisnis/Arief Hermawan P

Bisnis.com, JAKARTA - Harga emas dan Bitcoin baru-baru ini mencatatkan rekor tertinggi sepanjang masa. Adapun, banyak faktor yang mempengaruhi mengapa kenaikan tersebut dapat terjadi. 

Diketahui bahwa harga emas sempat mencatatkan rekor kenaikan selama sembilan hari berturut-turut, dengan emas mencapai titik tertinggi sepanjang masa di harga US$2.195,15 pada Jumat (8/3/2024).

Namun, sayangnya kenaikan tersebut harus terhenti lantaran inflasi Amerika Serikat (AS) pada Februari 2024 telah melebihi perkiraan. Hal ini berimplikasi bahwa The Fed mungkin belum siap untuk menurunkan suku bunganya. 

Perubahan arah kebijakan moneter bank sentral Amerika Serikat (AS) The Fed yang menuju kebijakan lebih longgar diperkirakan akan meningkatkan daya tarik emas dibandingkan dengan aset-aset yang menghasilkan imbal hasil seperti obligasi.

Para pengambil kebijakan menyatakan perlunya bukti lebih lanjut bahwa inflasi mendekati target 2% sebelum memangkas suku bunga.

Logam mulia telah melonjak tajam bulan ini, mencetak serangkaian rekor tertinggi baru.  banyak pengamat pasar yang berpengalaman terkejut oleh skala dan kecepatan kenaikan yang tidak terduga, tanpa adanya alasan yang jelas mengenai kenaikan yang tiba-tiba tersebut.

Namun, emas batangan didukung oleh faktor-faktor jangka panjang,  seperti pembelian besar-besaran oleh bank sentral di pasar negara berkembang, yang dipimpin China. 

Terdapat juga faktor lain yakni risiko geopolitik, seperti ketegangan di Timur Tengah dari Gaza hingga Laut Merah dan perang Rusia di Ukraina, yang kemudian menekankan daya tarik emas sebagai aset lindung nilai (safe haven). 

“Inflasi ringan masih mendukung karena pasar percaya The Fed masih akan melakukan pemotongan pada bulan Juni karena angka ini tidak cukup buruk untuk menggagalkan pandangan tersebut,” jelas kepala strategi logam di MKS PAMP SA yang berbasis di Jenewa, Nicky Shiels, seperti dikutip dari BloombergRabu (13/3).

Harga Bitcoin

Harga Bitcoin juga mencapai rekor tertinggi sepanjang masa sebesar US$72.968 pada Selasa (13/3). Nilai tertinggi tersebut tercapai setelah CoinShares mengeluarkan laporan bahwa dana sebesar US$2,7 miliar mengalir ke aset kripto minggu lalu, dengan sebagian besar masuk ke Bitcoin.

Adapun, Bitcoin pada 2024 telah memperoleh keuntungan hingga hampir 70% didukung arus yang besar ke dana yang diperdagangkan di bursa Amerika Serikat (AS) atau ETF Bitcoin Spot. 

Tak hanya itu, Bitcoin pada Senin (11/3) juga mengalami banyak kenaikan karena Bursa Efek London mengkonfirmasi bahwa akan menerima aplikasi untuk menerima surat berharga yang akan diperdagangkan di bursa Bitcoin dan Ether.

Beberapa komentator menandai kemungkinan kenaikan lebih lanjut. Contohnya, analis pasar di IG Australia Pty, Tony Sycamore, dalam catatannya mengatakan bahwa Bitcoin diperkirakan mendapat support yang baik pada saat penurunan, oleh mereka yang masih tetap ingin membeli dengan harapan harga dapat menyentuh US$80.000.

Analis teknis Fairlead Strategies LLC, Katie Stockton, juga memperkirakan US$80,000 dapat dijangkau dalam jangka menengah.

Menurut perusahaan analisis kripto Kaiko Research, reli Bitcoin telah menciptakan sekitar 1.500 dompet “jutawan” setiap hari, meskipun sifat data blockchain membuatnya sulit untuk menentukan dompet mana yang dimiliki oleh individu dan mana yang dimiliki oleh perusahaan.

Namun, angka tersebut masih lebih rendah dibandingkan lonjakan harga token pada tahun 2021, ketika lebih dari 4.000 dompet setiap hari mencapai angka satu juta dolar.

Bulan depan nantinya Bitcoin akan mengalami peristiwa halving, yakni  mengurangi setengah pasokan Bitcoin baru.

Permintaan dari ETF, pasokan yang terbatas, dan harapan akan kebijakan moneter yang lebih longgar semuanya memicu suasana bullish dalam kripto. Hal ini membuat investor mengesampingkan kejadian akan pasar yang bearish, yang terjadi pada 2022. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper