Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rupiah Ditutup Menguat Usai The Fed Beri Sinyal Turunkan Suku Bunga

Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS ditutup menguat ke level Rp15.654 pada Kamis (7/3/2024). Penguatan kurs terpengaruh sentimen suku bunga The Fed.
Potret uang pecahan Rp100.000 dan Rp50.000. - Bloomberg/Brent Lewin
Potret uang pecahan Rp100.000 dan Rp50.000. - Bloomberg/Brent Lewin

Bisnis.com, JAKARTA — Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat ditutup menguat ke level Rp15.654 pada perdagangan hari ini, Kamis (7/3/2024). Rupiah menguat bersama mayoritas mata uang Asia lainnya.

Mengutip data Bloomberg pukul 15.00 WIB, rupiah ditutup melemah 0,32% ke Rp15.654 per dolar AS. Adapun indeks dolar AS menguat 0,11% ke 103,25.

Sementara itu, mata uang lain di kawasan Asia ditutup bervariasi. Yen Jepang naik 0,89%, dolar Singapura naik 0,16%, dolar Taiwan naik 0,12%, won Korea Selatan naik 0,29%, dan peso Filipina naik 0,07%.

Kemudian rupee India naik 0,05%, yuan China melemah 0,01%, ringgit Malaysia naik 0,72%, dan baht Thailand naik 0,06%.

Direktur Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan sentimen global datang dari Ketua The Fed Jerome Powell yang mengatakan dalam kesaksiannya semalam bahwa The Fed memang berniat menurunkan suku bunga pada tahun 2024. Hal ini menjadi skenario yang baik bagi aset-aset yang tidak memberikan imbal hasil. 

Namun demikian, Powell masih memberikan sedikit petunjuk mengenai waktu dan skala pemotongan suku bunga yang direncanakan. Powell juga menyatakan jalur perekonomian dan inflasi AS kemungkinan besar akan menentukan pelonggaran moneter. 

Dia juga menuturkan The Fed perlu lebih diyakinkan bahwa inflasi mendekati target tahunan 2%. 

Ibrahim melanjutkan, fokus pasar saat ini juga tertuju pada data utama nonfarm payrolls yang akan dirilis pada hari Jumat, untuk mendapatkan lebih banyak isyarat mengenai pasar tenaga kerja. Data ini juga merupakan pertimbangan utama bagi The Fed dalam menyesuaikan suku bunganya.

Dari dalam negeri, sentimen datang dari Bank Indonesia (BI) yang melaporkan cadangan devisa (cadev) pada akhir Februari 2024 tetap pada posisi yang tinggi. Meski begitu, nilainya turun dari Januari 2024.

"Penurunan cadangan devisa ini sesuai dengan ekspektasi para analis," ujar Ibrahim.

Penurunan cadangan devisa ini dipengaruhi oleh potensi menyusutnya neraca perdagangan Indonesia, seiring berlanjutnya pelemahan permintaan global serta jatuh temponya salah satu obligasi valas, RI0224, pada pertengahan Februari. Tercatat, total nilai obligasi ini sebesar US$474 juta.  

Posisi cadangan devisa Indonesia pada akhir Februari 2024 sebesar US$144 miliar. Cadangan devisa menurun dibandingkan posisi akhir Januari 2024 yang sebesar US$145,1 miliar. 

Penurunan posisi cadangan devisa tersebut antara lain dipengaruhi oleh pembayaran utang luar negeri pemerintah.

Posisi cadangan devisa tersebut setara dengan pembiayaan 6,5 bulan impor atau 6,3 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor dan mampu mendukung ketahanan sektor eksternal serta menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan.

Adapun, untuk perdagangan besok, Ibrahim memperkirakan mata uang rupiah bergerak fluktuatif, namun ditutup menguat terbatas di rentang  Rp15.620—15.790.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper