Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Sukuk Ritel SR020 Meluncur Hari Ini, Penjualan Diprediksi Tembus Rp20 Triliun

Sukuk Ritel seri SR020 yang meluncur perdana hari ini, Jumat (1/3/2024), diprediksi laris seiring dengan kupon yang menarik di atas 6%.
Sukuk ritel/Instagram @djpprkemenkeu
Sukuk ritel/Instagram @djpprkemenkeu

Bisnis.com, JAKARTA — Sukuk Ritel seri SR020 sebagai salah satu alternatif investasi syariah yang aman akan meluncur hari ini, Jumat (1/3/2024) pada 1 Maret 2024, Instrumen SBN Ritel yang dipasarkan jelang Ramadan ini diprediksi laris seiring dengan kupon yang menarik di atas 6%. 

Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan (DJPPR Kemenkeu) akan meluncurkan SR020 dalam dua seri, yaitu SR020-T3 tenor tiga tahun dengan kupon 6,3% dan SR020-T5 tenor lima tahun memiliki kupon 6,4% per tahun.

Adapun, SR020-T3 akan jatuh tempo pada 10 Maret 2027, sedangkan SR020-T5 jatuh tempo pada 10 Maret 2029. Minimal pemesanan dari kedua seri sebesar Rp1 juta, sedangkan maksimum pemesanan SR020-T3 sebesar Rp5 miliar, sedangkan SR020-T5 senilai Rp10 miliar.

Direktur Pembiayaan Syariah DJPPR Kemenkeu Dwi Irianti Hadiningdyah mengatakan pihaknya optimistis terhadap penjualan SR020 akan diterima dengan baik oleh investor.

"Animo masyarakat terhadap SR020 diharapkan masih cukup tinggi, karena SR020 yang merupakan salah satu jenis SBN ritel yang risikonya relatif sangat kecil dan memiliki karakteristik yang sangat menguntungkan bagi investor ritel," ujar Dwi kepada Bisnis, dikutip Jumat (1/3/2024).

Kemenkeu mengatakan tujuan penerbitan Sukuk Ritel seri SR020 adalah membantu membiayai APBN termasuk membiayai pembangunan proyek infrastruktur di Indonesia dan memperluas basis investor dalam negeri.

Sebagai informasi, tanggal setelmen SR020 akan jatuh pada 3 April 2024, sedangkan tanggal pembayaran kupon pertama dilaksanakan pada 10 Mei 2024 dan pada tanggal 10 setiap bulannya.

SR020 bersifat tanpa warkat dan dapat diperdagangkan di pasar sekunder dengan minimum holding period selama tiga kali pembayaran kupon.

Artinya, SR020 dapat diperdagangkan mulai tanggal 11 Juli 2024 atau setelah berakhirnya minimum holding period. Adapun, aset dasar atau underlying asset SR020 yaitu barang milik negara (BMN) dan proyek atau kegiatan kementerian/lembaga pada APBN 2024.

Masyarakat yang berminat untuk berinvestasi SR020 dapat mengakses website Sukuk Ritel atau menghubungi 30 mitra distribusi yang telah ditetapkan oleh pemerintah untuk melayani pemesanan pembelian secara langsung melalui sistem elektronik atau online.

Beberapa mitra distribusi (midis) Sukuk Ritel SR020 di antaranya yaitu Bank Central Asia (BBCA), Bank Negara Indonesia (BBNI), Bank CIMB Niaga (BNGA), Mandiri Sekuritas, Bahana Sekuritas, Bareksa, hingga Bibit.

Proyeksi Penjualan SR020

Financial Expert Ajaib Sekuritas Ratih Mustikoningsih mengatakan, narasi pemangkasan suku bunga The Fed pada semester II/2024 berpotensi menurunkan imbal hasil obligasi AS atau yield US Treasury dan mendongkrak harga obligasi.

"Yield US Treasury tenor 10 tahun saat ini berada di level 4,23%, lebih rendah dari puncaknya di tahun 2023 sebesar 5% yang menjadi level tertinggi sejak krisis subprime mortgage pada 2007," ujar Ratih dalam keterangannya, dikutip Kamis, (29/2/2024).

Menurutnya, penurunan yield US Treasury tersebut turut berdampak positif bagi kenaikan harga obligasi domestik. Alhasil, investor dapat memanfaatkan potensi kenaikan harga obligasi tersebut di pasar sekunder.

Selain obligasi ritel, pasar obligasi pemerintah juga prospektif, hal itu tecermin dari DJPPR Kemenkeu yang memenangkan lelang Surat Utang Negara (SUN) Rp24 triliun dari total penawaran masuk Rp61,04 triliun pada lelang Selasa (27/2/2024).

DJPPR Kemenkeu melaporkan minat investor pada lelang SUN pekan ini kembali meningkat dengan total incoming bids menjadi Rp61,04 triliun dari Rp52,63 triliun pada lelang SUN sebelumnya. 

Solidnya indikator perekonomian domestik seperti stabilnya BI rate, positifnya kinerja APBN awal tahun ini, serta naiknya pertumbuhan kredit dan likuiditas uang beredar menjadi katalis positif yang cukup mampu meredam isu kebijakan suku bunga The Fed yang tinggi untuk waktu yang lebih lama.

Sebagai tambahan informasi, saat ini Ajaib telah menyediakan 25 jenis Obligasi pemerintah, termasuk FR0077 dengan tingkat kupon 8,125% dan FR0080 dengan tingkat kupon 7,5%.

Sementara itu, Associate Director Fixed Income Anugerah Sekuritas Ramdhan Ario Maruto memprediksi penjualan SR020 di rentang Rp15 triliun-Rp20 triliun. Namun, prediksi itu lebih rendah dibanding capaian penjualan sukuk ritel seri sebelumnya SR019 sebesar Rp25,33 triliun pada 2023.

Menurut Ramdhan, pasar Sukuk Ritel relatif lebih sempit dibandingkan obligasi jenis lainnya, karena SR020 merupakan produk investasi syariah. Selain itu, masyarakat akan berfokus ke pengeluaran untuk kebutuhan Ramadan dan Lebaran dibandingkan berinvestasi.

“Kalau Sukuk Ritel ini biasanya pasarnya itu lebih sempit dibandingkan yang konvensional, selain itu fokus pengeluaran masyarakat lebih untuk puasa dan Lebaran. Makanya kalau saya prediksi penjualannya akan di bawah SR019, mungkin antara Rp15 triliun-Rp20 triliun,” kata Ramdhan.

Kendati demikian, dia menilai seiring dengan adanya Sukuk Ritel yang akan jatuh tempo selama periode penawaran SR020, maka penjualannya berpotensi akan meningkat. Perlu diketahui, Sukuk Ritel seri SR014 yang diterbitkan pada 26 Februari 2021 akan jatuh tempo pada 10 Maret 2024.

Jadwal SBN Ritel 2024 (Tentatif):

  1. ORI025: 29 Januari-22 Februari 2024
  2. SR020: 1 Maret-27 Maret 2024
  3. ST012: 26 April-29 Mei 2024
  4. SBR013: 10 Juni-4 Juli 2024
  5. SWR005: 26 April-17 Juli 2024
  6. SR021: 23 Agustus-18 September 2024
  7. ORI026: 30 September-24 Oktober 2024
  8. ST013: 8 November-4 Desember 2024

Target Obligasi 2024

Sementara itu, analis memprediksi penyerapan obligasi ritel pada 2024 berpotensi naik dibandingkan dengan realisasi pada 2023.

Fixed Income & Macro Strategist Mega Capital Sekuritas Lionel Priyadi mengatakan, dengan jumlah penerbitan tersebut, pemerintah berpeluang menerbitkan obligasi dan sukuk ritel berkisar Rp150 triliun-Rp160 triliun tahun ini, atau lebih tinggi dari tahun 2023 sebesar Rp147,42 triliun.

Menurutnya, perhatian investor akan tertuju kepada waktu pemangkasan suku bunga Bank Sentral AS Federal Reserve atau The Fed yang berpengaruh terhadap pasar obligasi Indonesia. Sejauh ini suku bunga The Fed masih ditahan di kisaran 5,25%-5,5%.

"Saat ini fokus investor lebih ke sentimen global yang didominasi oleh proyeksi pemangkasan suku bunga The Fed 4x25 basis poin [bps], turun dari sebelumnya 6x25 bps yang berdampak negatif bagi pasar," jelas Lionel.

Sementara itu, Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk menahan suku bunga acuan atau BI Rate di level 6% pada Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI Rabu (21/2/2024). Lionel mengatakan yield obligasi Indonesia relatif stabil seiring dengan intervensi BI.

"Namun, intervensi BI di pasar obligasi membuat yield tetap stabil dengan yield INDOGB 10 tahun berfluktuasi di rentang 6,5%-6,7%," pungkas Lionel.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Rizqi Rajendra
Editor : Ibad Durrohman
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper