Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Prospek Cerah Surat Berharga Negara (SBN) pada 2024

Surat Berharga Negara (SBN) sepanjang 2024 masih akan berpeluang mengalami peningkatan kinerja seiring dengan penurunan suku bunga acuan oleh bank sentral.
Investor mencari informasi penjualan obligasi melalui salah satu platform mobile banking di Jakarta, Sabtu (25/11/2023). Bisnis/Arief Hermawan P
Investor mencari informasi penjualan obligasi melalui salah satu platform mobile banking di Jakarta, Sabtu (25/11/2023). Bisnis/Arief Hermawan P

Bisnis.com, JAKARTA — Pasar obligasi sepanjang 2024 masih akan berpeluang mengalami peningkatan kinerja seiring dengan penurunan suku bunga acuan oleh bank sentral. Pun Surat Berharga Negara (SBN) akan memiliki peningkatan daya tarik bagi para investor.

Kepala Departemen Riset dan Informasi Pasar PT Penilai Harga Efek Indonesia (PHEI) Roby Rushandie mengatakan saat ini pasar masih akan mencermati kebijakan dovish The Fed. Pasar yang wait and see juga mempertimbangkan Pemilu Indonesia dan Amerika Serikat serta eskalasi konflik Timur Tengah.

“Prospek pasar obligasi tahun ini berpeluang mengalami kenaikan kinerja jika bank sentral menurunkan suku bunga acuan,” kata Roby kepada Bisnis, Kamis (25/1/2024).

Obligasi negara atau SBN juga akan menarik perhatian investor terlebih peringkat surat utang RI diperkirakan masih bertahan seiring dengan stabilnya outlook pertumbuhan ekonomi, dan masih tingginya risiko eksternal yang dapat berpengaruh terhadap kondisi APBN.

Roby menjelaskan SBN dengan tenor pendek menjadi pengaman dari risiko seiring dengan masih tingginya ketidakpastian. Sementara SBN dengan tenor panjang untuk mendapatkan peluang yield tinggi di tengah proyeksi perlambatan ekonomi.

Senada, Ekonom Mirae Asset Sekuritas Rully Wisnubroto mengatakan secara historis, pemangkasan suku bunga oleh The Fed maupun Bank Indonesia akan berpengaruh positif terhadap kinerja obligasi.

“Namun memang yang menjadi risiko adalah situasi politik yang menghangat. Namun kami menilai kondisi politik di Indonesia tahun ini akan tetap kondusif,” jelas Rully.

Di sisi lain, Rully menuturkan terdapat peluang kenaikan peringkat surat utang Indonesia karena kondisi ekonomi Indonesia saat ini sangat stabil, dengan inflasi, keseimbangan eksternal, dan keseimbangan fiskal yang sangat terkelola.

Setali tiga uang, Director & Chief Investment Officer, Fixed Income Manulife Aset Manajemen Indonesia Ezra Nazula menjelaskan per 5 Januari 2024, imbal hasil riil obligasi Indonesia tenor 10 tahun (4,0%) masih menonjol sebagai salah satu yang tertinggi di kawasan.

Dalam perbandingan dengan negara-negara seperti Thailand (3,2%), China (3,0%), Malaysia (2,3%), Filipina (2,1%), India (1,7%), Amerika Serikat (0,9%), dan Eropa (-1,9%), obligasi Indonesia terus mempertahankan daya tariknya.

“Kondisi ini didukung oleh peralihan kebijakan suku bunga global yang lebih akomodatif dan nilai tukar rupiah yang lebih stabil, potensial memicu aliran dana asing yang mendukung pasar obligasi domestik,” kata Ezra.

Menurut Ezra, tahun 2024 diprediksi akan menjadi periode konstruktif bagi pasar obligasi Indonesia. Faktor-faktor makroekonomi yang mendukung termasuk inflasi yang terjaga dan potensi pemangkasan suku bunga. Tingkat imbal hasil Surat Berharga Negara (SBN) 10 tahun yang berada di kisaran 6,7% dianggap sebagai entry point menarik bagi investor.

Ezra lebih lanjut menyatakan permintaan terhadap obligasi di tahun 2024 diperkirakan tetap kuat. Investor domestik, termasuk institusi keuangan non-bank, diperkirakan akan mempertahankan permintaan karena kebutuhan reinvestasi dan pemenuhan kewajiban investasi pada SBN.

Sementara itu, peralihan kebijakan suku bunga global yang lebih akomodatif dapat meningkatkan permintaan investor asing. Kami memproyeksikan imbal hasil SBN 10 tahun dapat turun ke kisaran 6.00% – 6.25% pada tahun ini.

Meskipun prospek pasar obligasi terlihat positif, Ezra juga menyoroti beberapa faktor risiko yang perlu diwaspadai. Risiko penerbitan obligasi pemerintah terutama pada paruh pertama 2024 dan perbedaan yield antara Surat Utang Negara Indonesia dengan yield US Treasury dapat mempengaruhi daya tarik pasar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Artha Adventy
Editor : Ibad Durrohman
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper