Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Disengat Sentimen Muamalat, Saham BBTN Diincar Investor Asing

Investor asing kerap buru saham PT Bank Tabungan Negara Tbk. (BBTN) dalam beberapa waktu terakhir hingga mencapai Rp62,7 miliar.
Karyawan mencoba layanan terbaru dalam aplikasi milik Bank Tabungan Negara./Istimewa
Karyawan mencoba layanan terbaru dalam aplikasi milik Bank Tabungan Negara./Istimewa

Bisnis.com, JAKARTA – Investor asing kerap buru saham PT Bank Tabungan Negara Tbk. (BBTN) dalam beberapa waktu terakhir hingga mencapai Rp62,7 miliar.

Dalam 3 bulan terakhir, saham BBTN membukukan pembelian oleh investor asing mencapai Rp62,7 miliar. Adapun dalam sepekan terkahir, investor asing membukukan pembelian Rp29,45 miliar.

Adapun dalam sebulan terakhir saham BBTN telah menguat 12% sedangkan dalam tiga bulan terakhir mencapai 8%.

Melansir dari konsesus analis Bloomberg, terdapat 19 analis dari 27 yang disurvei Bloomberg merekomendasikan beli untuk saham BBTN, sedangkan enam analis menyarankan tahan. Lalu tidak ada analis yang memberikan peringkat jual.

Rata-rata analis yang disurvei memberikan target harga BBTN Rp1.673, lebih tinggi dari target harga pada dua pekan sebelumnya Rp1.652.

Di sisi lain, aksi korporasi yang sedang menanti BBTN untuk mengakuisisi bank umum syariah usai melakukan spin-off unit syariahnya.

Adapun Komisaris Bank Muamalat Andre Mirza Hartawan telah mengakui bahwa BTN mengirimkan surat pernyataan resmi mengenai ketertarikan atau letter of intent (LOI) kepada Badan Pengelola Keuangan Haji (BPKH) untuk membeli saham Bank Muamalat.

Penguatan saham BBTN bersamaan dengan pengumuman pembayaran klaim polis asuransi eks Jiwasraya oleh PT Asuransi Jiwa IFG (IFG Life) senilai Rp 492 miliar yang ditujukan kepada polis-polis milik para nasabah BTN.

Perbaikan kredit bermasalah (non-performing loan/NPL) BTN dari hasil penjualan aset juga menjadi katalis positif. BTN telah menyelesaikan fase pertama dari penjualan aset bermasalahnya senilai Rp 861 miliar kepada PT Perusahaan Pengelola Aset (Persero) (PPA) pada 2023.

Analis RHB Sekuritas Andrey Wijaya mengungkapka penjualan aset tersebut akan membantu penurunan NPL BTN dan mengurangi provisi atau cadangan kerugian penurunan nilai (CKPN).

Sebelumnya, Direktur Utama BTN Nixon L.P. Napitupulu menargetkan NPL BBTN akan turun di bawah 3% pada 2024. Adapun pada September 2023, BTN mencatat NPL gross di level 3,53% dan NPL netto di level 1,58%.

Manajemen BTN mengestimasikan biaya kredit (cost of credit) pada 2024 dapat berada di kisaran 1,1% hingga 1,4%, lebih rendah jika dibandingkan per akhir September 2023, yaitu sekitar 1,2% hingga 1,4%.

Dengan begitu, beban biaya kredit yang membaik dapat menjadi tambahan amunisi yang cukup bagi BTN untuk meraih target pertumbuhan kreditnya pada 2024 di level 11%.

----------------

Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Pandu Gumilar
Editor : Pandu Gumilar
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper