Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Adhi Kartiko (NICE) Jadi Pembuka IPO Jumbo 2024, Mampu ARA Sahamnya?

PT Adhi Kartiko Pratama Tbk. (NICE) meraup dana segar hingga Rp532,9 miliar dengan mematok harga saham IPO Rp438.
Karyawati beraktivitas di dekat layar pergerakan saham pada salah satu perusahaan sekuritas di Jakarta, Senin (16/10/2023). Bisnis/Arief Hermawan P
Karyawati beraktivitas di dekat layar pergerakan saham pada salah satu perusahaan sekuritas di Jakarta, Senin (16/10/2023). Bisnis/Arief Hermawan P

Bisnis.com, JAKARTA — Calon emiten nikel PT Adhi Kartiko Pratama Tbk. (NICE) meraup dana segar hingga Rp532,9 miliar dengan mematok harga saham perdana Rp438 pada hajatan penawaran umum perdana saham (initial public offering/IPO).

Berdasarkan prospektus NICE akan menawarkan 1,21 miliar saham biasa milik pengendali atau setara 20% dari jumlah modal ditempatkan atau disetor penuh setelah IPO. Adapun dengan harga perdana yang dipatok, maka dana ipo yang diraih adalah sebesar Rp532,95 miliar.

Seluruh dana hasil penawaran umum perdana saham akan diterima oleh para pemegang saham penjual dan NICE tidak menerima dana hasil IPO.

Jika melihat laporan keuangan yang terdapat dalam prospektus, NICE memiliki liabilitas yang lebih besar dibandingkan ekuitas atau modal yang dimiliki.

Tercatat per Juni 2023, calon emiten yang bergerak dibidang pertambangan bijih nikel ini memiliki liabilitas total sebesar Rp146,48 miliar dengan rincian liabilitas jangka pendek sebesar Rp128,45 miliar dan liabilitas jangka panjang sebesar Rp18,23 miliar. Adapun ekuitas tercatat sebesar Rp119,03 miliar. Sementara total aset NICE yaitu Rp265,71 miliar.

Sementara itu, per Juni 2023, NICE membukukan penurunan laba bersih sebesar 48,10% menjadi Rp40 miliar dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp78,12 miliar.

Laba yang turun seiring dengan lesunya penjualan. NICE membukukan penjualan semester I/2023 sebesar Rp378,56 miliar atau lebih rendah 11,50% dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp427,79 miliar.

Meski penjualan turun, beban pokok penjualan justru meningkat menjadi Rp311,70 miliar dibandingkan dengan semester II/2022 yang tercatat sebesar Rp308,36 miliar. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Artha Adventy
Editor : Pandu Gumilar
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper