Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Anies-Cak Imin Akan Dorong Lebih Banyak BUMN IPO

Pasangan Capres dan Cawapres Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar atau Cak Imin mengatakan akan mendorong perusahaan BUMN untuk IPO.
Capres-cawapres nomor urut satu Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar berjalan usai tiba di lokasi debat ketiga Pilpres 2024 di Istora Senayan, Jakarta, Minggu (7/1/2024). Debat kali ini bertemakan pertahanan, keamanan, hubungan internasional, globalisasi, geopolitik, dan politik luar negeri. ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra
Capres-cawapres nomor urut satu Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar berjalan usai tiba di lokasi debat ketiga Pilpres 2024 di Istora Senayan, Jakarta, Minggu (7/1/2024). Debat kali ini bertemakan pertahanan, keamanan, hubungan internasional, globalisasi, geopolitik, dan politik luar negeri. ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra

Bisnis.com, JAKARTA - Pasangan Capres dan Cawapres Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar atau Cak Imin mengatakan akan mendorong perusahaan BUMN untuk melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI).

Tim Ekonomi Anies-Cak Imin, Wijayanto Samirin mengatakan, untuk mendongkrak kapitalisasi pasar, maka pemerintah perlu mendorong BUMN untuk melakukan intial public offering atau IPO.

"Dari sisi supply side, BUMN kita dorong untuk ke go public, perusahaan-perusahaan JV yang mereka datang mendapatkan kemudahan pajak dan lain sebagainya, sebelum mereka mendapatkan kemudahan itu harus kita pastikan mereka ada komitmen untuk IPO," ujar Wijayanto dalam Dialog Arah Kebijakan Investasi dan Pasar Modal 2024-2029, Senin, (8/1/2024).

Lebih lanjut dia mengatakan, pemerintah juga perlu memastikan peran BUMN yang menjadi perusahaan publik tidak boleh lebih dominan, sehingga perusahaan swasta juga perlu diberikan ruang untuk bertumbuh.

Tak hanya itu, Wijayanto juga mengatakan pemerintah perlu mengukur nilai perusahaan atau enterprise value (EV) calon emiten BUMN dari berbagai aspek sebelum IPO. Misalnya, kapitalisasi pasar, utang jangka pendek maupun jangka panjang, serta setiap kas atau setara kas di neraca perusahaan BUMN.

Dia pun memberikan contoh emiten BUMN yang bermasalah terkait utang yakni PT Wijaya Karya Tbk. (Persero) (WIKA) dan PT Waskita Karya (Persero) Tbk. (WSKT) yang berpotensi merugikan investor saham.

"Pemerintah harus melihat BUMN terbuka dalam konteks enterprise value apa yang terjadi dengan WIKA, apa yang terjadi dengan Waskita itu pemerintah rugi besar, enterprise value melayang Rp150 triliun, tidak ada yang memperhatikan," tegasnya.

Selain itu, pasar modal Indonesia masih didominasi oleh sektor-sektor tertentu seperti finansial dan energi, sehingga pihaknya juga akan mendorong lebih banyak lagi emiten di sektor teknologi yang dianggap sebagai sektor masa depan.

"Kemudian sektor-sektor masa depan seperti teknologi juga akan kami permudah untuk listing," pungkasnya.

Di lain sisi, Direktur Penilaian Perusahaan BEI I Gede Nyoman Yetna mengatakan hingga saat ini, belum terdapat perusahaan atau anak perusahaan BUMN yang masuk dalam pipeline IPO BEI.  

"Sampai saat ini belum ada BUMN atau anak BUMN yang masuk di pipeline BEI," kata Nyoman, Selasa (2/1/2024).  

Dalam pipeline IPO akhir tahun, BEI menuturkan hingga 29 Desember 2023 telah terdapat 79 perusahaan yang mencatatkan saham di BEI dengan dana yang dihimpun sebesar Rp54,14 triliun. 

Dalam pipeline IPO akhir tahun, BEI menuturkan hingga 29 Desember 2023 telah terdapat 79 perusahaan yang mencatatkan saham di BEI dengan dana yang dihimpun sebesar Rp54,14 triliun.

Hingga saat ini, terdapat 30 perusahaan yang berada dalam pipeline pencatatan BEI. Rinciannya, sebanyak 2 perusahaan tersebut merupakan perusahaan aset skala kecil, 19 perusahaan aset skala menengah, dan 9 perusahaan aset skala besar. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Rizqi Rajendra
Editor : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper