Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Mengukur Minat Investor Asing di Pasar Surat Utang pada 2024

Minat investor asing terhadap surat utang Indonesia di 2024 diramal masih akan semarak. Hal ini dipicu oleh ekspektasi penurunan suku bunga global tahun depan.
Ilustrasi OBLIGASI. Bisnis/Abdullah Azzam
Ilustrasi OBLIGASI. Bisnis/Abdullah Azzam

Bisnis.com, JAKARTA — Minat investor asing diprediksi masih akan ramai terhadap pasar surat utang atau obligasi Indonesia pada 2024. Hal itu didukung oleh ekspektasi penurunan suku bunga global pada tahun depan.

Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede mengatakan, Bank Sentral AS Federal Reserve atau (The Fed) berpotensi menurunkan suku bunga acuan pada 2024, sehingga investor asing akan kembali masuk ke pasar obligasi domestik. Saat ini, suku bunga The Fed masih ditahan di kisaran 5,25%-5,5%.

Menurutnya, dilihat dari net kepemilikan obligasi per November 2023, pembelian tertinggi berasal dari asuransi dan dana pensiun, yang mencatatkan net buy sebesar Rp162 triliun, disusul oleh peningkatan dari kepemilikan asing sebesar Rp72 triliun.

"Investor asing berhasil mencatatkan net buy untuk pertama kalinya sejak tahun 2019. Kondisi ini merefleksikan bahwa permintaan SBN pada 2023 cenderung didorong oleh kembali masuknya investor asing ke pasar obligasi domestik," ujar Josua kepada Bisnis dikutip Rabu, (20/12/2023).

Kendati demikian, Josua memperkirakan tantangan dari permintaan SBN pada 2024 adalah dari sisi risiko tekanan eksternal, terutama bila inflasi di AS masih tetap tinggi, dan mendorong Fed untuk mempertahankan suku bunganya lebih lama.

Dari sisi domestik, tekanan inflasi dari El-Nino berpotensi menghambat investor asing untuk kembali masuk ke pasar obligasi domestik, sejalan dengan tergerusnya real yield obligasi Indonesia.

Terlepas dari itu, dia mengakui bahwa sepanjang  2023, kinerja surat utang ciamik. Mengacu pada realisasi penawaran masuk terhadap  nilai penerbitan surat utang atau bid-to-cover ratio, realisasi pada November 2023 mencapai 2,86 kali, sedangkan realisasi pada 2022 menyentuh 2,59  kali.

Senada, Head of Investment Specialist Sinarmas Asset Management Domingus Sinarta Ginting mengatakan, tahun 2023 merupakan tahun yang menantang bagi pasar obligasi. Hal itu bertolak dari kenaikan suku bunga global termasuk Amerika Serikat.

Selain itu, menurutnya kenaikan pasokan obligasi pemerintah AS atau US Treasury, dan narasi suku bunga tinggi untuk periode yang lebih lama membatasi gerak pasar surat utang di Tanah Air pada tahun ini.

Menilik data Investing pada Rabu, (20/12/2023), US Treasury Yield melandai 1,15% dan berada di level 3,88%, hal itu menandakan bertambahnya pasokan obligasi AS. Sementara itu, imbal hasil SUN 10 tahun RI juga melandai 0,14% ke level 6,50%.

"Tahun 2024 diperkirakan akan lebih baik dibandingkan 2023 di mana The Fed diperkirakan akan mulai menurunkan suku bunga yang berdampak positif terhadap pasar obligasi," ujar Domingus kepada Bisnis.

Adapun, mengacu data Kementerian Keuangan pada 2023, pemerintah mampu menggalang dana tebal yang tecermin pada realisasi penerbitan SUN hingga 12 Desember 2023  sebesar Rp815 triliun.

Kebutuhan dana pemerintah memang lebih rendah 22% dibandingkan dengan realisasi pada 2022 dengan Rp1.053 triliun. Pada lelang sukuk terakhir Selasa, (19/12/2023) pun pemerintah mendapatkan penawaran masuk Rp11,94 triliun dan merilis Rp4 triliun di antaranya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Rizqi Rajendra
Editor : Ibad Durrohman
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper