Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Wall Street Ditutup Beragam, Euforia Penuruan Suku Bunga Mulai Memudar

Wall Street ditutup beragam pada perdagangan Jumat (15/12/2023), usai ketua Federal Reserve New York John Williams menolak ekspektasi penurunan suku bunga.
Karyawan berada di Bursa Efek New York (NYSE) di New York, AS, Senin (27/6/2022). Bloomberg/Michael Nagle
Karyawan berada di Bursa Efek New York (NYSE) di New York, AS, Senin (27/6/2022). Bloomberg/Michael Nagle

Bisnis.com, JAKARTA — Bursa saham Amerika Serikat di Wall Street, New York ditutup beragam pada akhir perdagangan Jumat (15/12/2023), karena para pelaku pasar mengambil napas menjelang akhir minggu yang dipenuhi dengan keputusan kebijakan bank sentral dan data ekonomi penting.

Euforia atas sikap dovish Federal Reserve AS sedikit berkurang setelah Presiden Federal Reserve New York John Williams menolak ekspektasi penurunan suku bunga, dengan menegaskan kembali bahwa bank sentral tetap fokus untuk menurunkan inflasi ke target 2%.

Mengutip Reuters, Sabtu (16/12/2023), indeks Dow Jones Industrial Average ditutup naik tipis 0,10% atau 38,64 poin ke 37.286,99, indeks Nasdaq juga menguat 0,31% atau 45,93 poin ke 14.807,49. Sementara Indeks S&P 500 melemah 0,16% atau 7,62 poin ke 4.711,93.

Setelah terombang-ambing hampir sepanjang sesi, S&P 500 dan blue-chip Dow Jones terakhir sedikit lebih rendah, sementara saham-saham teknologi yang sensitif terhadap suku bunga dan saham-saham momentum yang berdekatan dengan teknologi mendukung Nasdaq ke wilayah positif.

“Kami berada di garis datar sepanjang hari ini,” kata Bill Northey, direktur investasi senior di U.S. Bank Wealth Management di Helena, Montana. "Setelah melihat beberapa data makroekonomi penting, termasuk pertemuan The Fed, pasar mencerna berita tersebut."

Ketiga indeks tersebut berada di jalur untuk mencatat kenaikan mingguan ketujuh berturut-turut, yang akan menandai kenaikan mingguan terpanjang S&P 500 sejak September 2017.

“Penting untuk melihat kembali ke awal November ketika kita melihat indeks harga bulan Oktober,” kata Northey. “Sejak saat itu kita telah melihat bukti nyata dari tren perlambatan inflasi, yang memungkinkan The Fed untuk melakukan perubahan dan melakukan rekonsiliasi dengan pandangan yang sudah tercermin di pasar.”

“Ekspektasi kami adalah bahwa tren yang terjadi selama enam minggu terakhir kemungkinan akan berlanjut hingga akhir tahun meskipun dengan kecepatan yang agak lambat,” tambah Northey.

Data ekonomi yang dirilis pada hari Jumat mengisyaratkan peningkatan aktivitas bisnis AS namun juga menunjukkan sektor manufaktur terus mengalami kesulitan.

Indeks STOXX 600 pan-Eropa (.STOXX) naik tipis 0,01% tetapi ukuran saham MSCI di seluruh dunia (.MIWD00000PUS) turun 0,16%.

Saham-saham emerging market menguat 0,70%. Indeks MSCI untuk saham Asia Pasifik di luar Jepang (.MIAPJ0000PUS) ditutup 1,02% lebih tinggi, sedangkan Nikkei Jepang (.N225) naik 0,87%.

sementara itu, dolar Amerka Serikat (AS) menguat terhadap sekeranjang mata uang dunia. Namun indeks tetap berada di jalur penurunan mingguan terbesarnya dalam sebulan setelah kebijakan The Fed yang dovish. Sebaliknya, rekan-rekan The Fed di Eropa mempertahankan sikap yang lebih keras, yang telah mendorong euro dan pound pada hari Kamis.

Indeks dolar (.DXY) naik 0,63%, dengan euro turun 0,89% menjadi $1,0893 pada hari Jumat.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Ibad Durrohman
Editor : Ibad Durrohman
Sumber : Reuters
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper