Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga Komoditas Hari Ini (12/12): Batu Bara Variatif, Minyak Mentah Melemah

Harga batu bara ditutup bervariasi untuk kontrak pengiriman yang berbeda, sedangkan minyak mentah Brent dan WTI ditutup melemah.
Uap mengepul dari pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) batu bara di Peitz, Herman pada Selasa (7/11/2023). - Bloomberg/Krisztian Bocsi
Uap mengepul dari pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) batu bara di Peitz, Herman pada Selasa (7/11/2023). - Bloomberg/Krisztian Bocsi

Bisnis.com, JAKARTA – Harga batu bara ditutup bervariasi pada akhir perdagangan Senin (11/12/2023) di tengah peurunan permintaan dari China dan India.

Berdasarkan data Bloomberg, harga batu bara Newcastle kontrak Januari 2024 ditutup melemah 0,36% atau 0,55 poin ke level US$153,1 per metrik ton pada akhir perdagangan Senin.

Di sisi lain, harga batu bara Newcastle kontrak Desember 2023 ditutup menguat ke level US$152,5 per metrik ton.

Melansir Reuters, Selasa (12/12/2023), harga batu bara termal bergerak variatif menyusul kenaikan permintaan batu bara berkualitas tinggi oleh Jepang dan Korea Selatan, namun impor dari China dan India menurun.

Jepang dan Korea Selatan adalah pembeli utama batu bara termal yang terkait dengan Newcastle Index, yang menilai batu bara dengan kandungan energi 6.000 kilokalori per kilogram (kkal/kg) dari Australia, pengekspor bahan bakar pembangkit listrik terbesar kedua di dunia.

Kenaikan harga batubara termal bermutu tinggi terjadi di tengah-tengah meningkatnya impor oleh Jepang dan Korea Selatan, karena perusahaan-perusahaan utilitas tampaknya lebih memilih batu bara daripada gas alam cair dalam memenuhi permintaan listrik tambahan di musim dingin di bagian utara.

Jepang, pembeli batubara terbesar ketiga di dunia, diperkirakan mengimpor 10,37 juta metrik ton batubara termal yang diangkut melalui laut pada bulan Desember 2023, menurut data yang dikumpulkan oleh analis komoditas Kpler.

Jumlah ini akan menjadi yang terbesar sejak Maret, naik dari 8,53 juta ton di bulan November dan hanya sedikit di bawah 11,87 juta ton di bulan Desember tahun lalu.

Impor batu bara termal yang diangkut melalui laut dari Korea Selatan diperkirakan mencapai 8,59 juta metrik ton pada bulan Desember, yang tertinggi sejak Juli 2021 dan naik 13,8% dari 7,55 juta pada bulan Desember tahun lalu.

Berbeda dengan kuatnya permintaan dari Jepang dan Korea Selatan, permintaan untuk batu bara termal yang diangkut melalui laut di China dan India melemah.

China, importir batu bara terbesar di dunia, diperkirakan akan mengimpor 24,82 juta metrik ton batu bara termal yang diangkut melalui laut di bulan Desember, turun dari 29,38 juta di bulan November, meskipun impor tersebut naik dari 23,91 juta di bulan Desember 2022.

India, pembeli batu bara terbesar kedua di dunia, akan mengimpor 14,54 juta metrik ton batu bara termal yang diangkut melalui laut di bulan Desember, turun dari 17,42 juta di bulan November dan 18,87 juta di bulan Oktober.

China  dan India lebih menyukai batu bara kalori rendah dari Indonesia, eksportir batu bara termal terbesar di dunia, dan dari Australia.

Harga batu bara termal Indonesia dengan kandungan energi 4.200 kkal/kg turun menjadi US$58,40 per metrik ton pada minggu hingga 8 Desember 2023, dan sekarang 5,3% di bawah harga tertinggi baru-baru ini yaitu US$61,60 dari minggu hingga 20 Oktober.

Sementara itu, rancangan kesepakatan akhir COP28 di Dubai akhirnya memasukkan frasa bahan bakar fosil sebagai salah satu poin penting yang menandai awal dari akhir era batu bara, minyak, dan gas. Namun, kemajuan yang benar-benar diharapkan tampaknya masih jauh panggang dari api.  

Rancangan kesepakatan iklim itu memang meminta negara-negara untuk mengurangi konsumsi dan produksi bahan bakar fosil ketika tuan rumah mencoba membuat kompromi kurang dari 24 jam sebelum KTT berakhir.

Perjanjian setebal 21 halaman itu, jika diadopsi, akan menjadi perjanjian pertama yang secara khusus menyerukan pengurangan penggunaan semua bahan bakar fosil, termasuk minyak dan gas, yang menandai perubahan bersejarah dalam perjanjian PBB yang mengatur perjuangan global melawan perubahan iklim.

Namun, ada celah yang menjadikannya hanya sebagai opsi, sehingga negara-negara dapat memilih untuk tidak ikut serta dalam kebijakan ini. Belum lagi banyak di antaranya yang masih tidak setuju akan kesepakatan itu, menandakan konsensus belum akan tercapai ketika KTT ini ditutup pada Selasa (12/12/2023). 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Halaman
  1. 1
  2. 2
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper