Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Prospek Kinerja Aset Dasar Reksa Dana saat Dana Kelolaan Turun

Kinerja aset dasar atau underlying asset reksa dana diprediksi masih memiliki prospek cukup baik hingga akhir tahun 2023, kendati dana kelolaan turun.
Warga mengakses informasi tentang reksa dana di Jakarta, Rabu (6/7/2022). Bisnis/Himawan L Nugraha
Warga mengakses informasi tentang reksa dana di Jakarta, Rabu (6/7/2022). Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA - Kinerja aset dasar atau underlying asset reksa dana diprediksi masih memiliki prospek cukup baik hingga akhir tahun 2023, kendati dana kelolaan atau nilai aktiva bersih (NAB) industri mengalami penurunan pada Oktober 2023.

Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), nilai aktiva bersih (NAB) secara kumulatif tercatat sebesar Rp498,17 triliun, dengan unit penyertaan sebanyak 382,26 miliar unit pada Oktober 2023.

Kendati demikian, capaian tersebut turun 2,26% secara month-to-month (mtm) dibandingkan NAB pada September 2023 yang sebesar Rp509,73 triliun. Secara tahunan, NAB industri juga mengalami penurunan 4,55% year-on-year (yoy) dibandingkan pada Oktober 2022 sebesar Rp521,96 triliun.

CEO Pinnacle Persada Investama Guntur Putra mengatakan, turunnya dana kelolaan industri pada Oktober 2023 disebabkan beberapa faktor, salah satunya volatilitas di pasar saham dan obligasi yang memengaruhi nilai underlying asset.

"Di bulan Oktober kemarin, yield SBN RI tenor 10 tahun juga sempat menembus di atas level 7,2% yang menyebabkan pasar obligasi juga terkoreksi," ujar Guntur kepada Bisnis, dikutip Senin, (4/12/2023).

Selain itu, menurutnya penurunan AUM industri juga bisa disebabkan oleh penarikan atau redeem dana investor akibat kebijakan suku bunga yang tidak pasti dan juga sentimen pasar secara keseluruhan terkait kondisi ekonomi global dan domestik. Namun menurutnya prospek aset dasar reksa dana masih akan cukup baik hingga akhir 2023.

"Prospek underlying reksa dana hingga akhir tahun masih memiliki potensi yang cukup baik. Tentunya dengan BI menahan suku bunga dan The Fed berhati-hati, underlying asset reksa dana dapat mempertahankan stabilitas atau bahkan berpotensi untuk tumbuh," kata dia.

Sebagaimana diketahui, Bank Indonesia (BI) masih menahan suku bunga acuan (BI7DRR) di level 6% pada Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI November 2023. Di lain sisi, Bank Sentral AS Federal Reserve (The Fed) masih menahan suku bunga acuan di kisaran 5,25%-5,5% dan masih hati-hati untuk menaikkan suku bunga acuan.

Guntur mengatakan, dengan kondisi pasar pada saat ini yang cukup dinamis dan dapat berubah, maka untuk mengurangi risiko investor juga dapat melakukan diversifikasi aset dan disesuaikan dengan profil risiko serta tujuan investasi.

"Investor dapat menggabungkan underlying aset saham atau obligasi atau pasar uang di dalam portfolio investasi, untuk memberikan keseimbangan risiko yang lebih rendah," pungkas Guntur.

Setali tiga uang, Research Analyst Infovesta Kapital Advisori Arjun Ajwani mengatakan, turunnya AUM industri salah satunya juga disebabkan ketidakstabilan geopolitik seperti perang di Timur Tengah sehingga membuat pasar komoditas seperti minyak, emas, dan lain-lain mengalami gejolak.

"Serta kenaikan yield cukup tinggi yang terjadi karena risiko tersebut. Ini mungkin memberi dampak negatif ke AUM sehingga tertekan. Mungkin karena itu AUM turun sehingga memberi dampak dari sisi redemption juga," ujar Arjun kepada Bisnis, dikutip Senin, (4/12/2023).

Adapun, berdasarkan data Infovesta per Senin, (4/12/2023), kinerja reksa dana dalam sepekan terakhir kompak menguat. Reksa dana campuran tumbuh paling tinggi +0,44%, disusul reksa dana saham yang naik +0,38%, reksa dana pendapatan tetap naik +0,13%, dan reksa dana pasar uang naik +0,08%. 

Sentimen dari domestik yakni indeks manufaktur naik dibanding periode sebelumnya dan berlanjut ke level ekspansi, rilis data inflasi meningkat namun masih di level target BI. Sedangkan sentimen dari global, rilis data indeks manufaktur China terkontraksi. Sedangkan dari AS, rilis data estimasi kedua PDB kuartal III/2023 tumbuh meningkat.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Rizqi Rajendra
Editor : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper