Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bayan (BYAN) Akuisisi Kariangau Power Milik Orang Terkaya RI

Emiten batu bara milik konglomerat Low Tuck Kwong, PT Bayan Resources Tbk. (BYAN) mengakuisisi PT Kariangau Power (KP).
Terminal Batu Bara Balikpapan. Terminal yang dikelola oleh PT Bayan Resources Tbk. merupakan salah satu terminal curah terbesar di Indonesia./bayan.com.sg
Terminal Batu Bara Balikpapan. Terminal yang dikelola oleh PT Bayan Resources Tbk. merupakan salah satu terminal curah terbesar di Indonesia./bayan.com.sg

Bisnis.com, JAKARTA - Emiten batu bara milik konglomerat Low Tuck Kwong, PT Bayan Resources Tbk. (BYAN) mengakuisisi PT Kariangau Power (KP). Adapun, KP juga dimiliki oleh Low Tuck Kwong.

Berdasarkan data Bloomberg Billionaire Index, Low Tuck Kwong menjadi orang terkaya di Indonesia dengan total kekayaan US$27,3 miliar atau sekitar Rp423,15 triliun, yang sekaligus menjadi orang terkaya ke-52 di dunia.

Direktur BYAN Olivier Khaw Kar Heng dan Jenny Quantero dalam pengumumannya menyebutkan Grup Bayan telah melakukan pengambilalihan seluruh saham PT Kariangau Power (KP) pada 30 November 2023. Setelah transaksi pengambilan saham, BYAN dan anak usahanya PT Bayan Energy (BE) masing-masing menguasasi saham KP sebesar 75% dan 25%.

"Dengan pengambilalihan PT KP, maka BYAN dapat menghemat biaya pembelian listrik," jelas manajemen BYAN dalam pengumumannya, Senin (4/12/2023).

BYAN dapat menghemat biaya pembelian listrik sekitar Rp1.240 per kWh (antara Rp2.500-Rp1.260), atau penghematan sekitar Rp3,1 miliar (sekitar US$2,5 juta) per bulan pada 2023 dan Rp4,5 miliar (sekitar US$3,6 juta). Hal itu terjadi ketika perluasan tahap 5 Balikpapan Coal Terminal yang dimiliki BYAN selesai pada 2024.

"Penghematan ini akan terus berlanjut sejalan dengan jangka waktu izin pembangkit listrik yang dimiliki PT KP," imbuh manajemen BYAN.

PT KP mengoperasikan pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) 2x15 MW. PLTU Kariangau Power dibangun oleh PT Gunung Bayan yang dipersiapkan khusus memasok kebutuhan listrik di kawasan indusri dan pelabuhan Kariangau di Balikpapan, Kalimantan Timur.

Sementara itu, BYAN mengantisipasi penurunan harga batu bara dan siap meningkatkan produksi.

Direktur sekaligus Chief Financial Officer (CFO) BYAN Alastair Mcleod menjelaskan pihaknya sebenarnya telah mengantisipasi penurunan harga tersebut, sehingga strategi tahun ini lebih difokuskan untuk menjaga berbagai target-target kinerja keuangan secara sehat.

"Tren ini [penurunan harga batu bara] membuat financial growth tahun ini cenderung sulit, bahkan profit bisa lebih rendah dari capaian 2022. Tapi soal produksi dan sales, kami optimistis bisa melampaui target," ujar Alastair ketika ditemui Bisnis selepas menghadiri acara BYAN di bilangan Senayan, Jakarta Pusat, Kamis (27/7/2023).

Sebagai pengingat, emiten batu bara besutan orang terkaya RI, Low Tuck Kwong ini menargetkan volume produksi dan penjualan tahun ini berkisar 42 juta-48 juta metrik ton (MT) batu bara. Tercatat naik dari realisasi produksi dan penjualan periode 2022, masing-masing di level 38,9 juta MT dan 39,9 juta MT.

"Peningkatan sales pun jadi fokus kami pada tahun ini. Kami percaya, kinerja keuangan tahunan kami masih sangat sehat dari sisi margin, bahkan optimistis menjadi yang tertinggi di kalangan pemain batu bara Indonesia," tambahnya.

Alastair menambahkan 2023 pun merupakan tahun persiapan untuk melesat lebih tinggi pada lima tahun mendatang, seiring menggenjot realisasi belanja modal (capex) dalam rangka menambah infrastruktur kapasitas produksi.

Beberapa di antaranya, untuk pembangunan jalan pengangkutan batu bara hingga 100 km ke Sungai Mahakam, belanja alat berat, dan perluasan kapasitas stockpile di Balikpapan Coal Terminal.

"Program-program itu harapannya bisa terealisasi penuh jelang akhir tahun ini atau awal kuartal I/2024, sehingga tahun depan kami sudah bisa mengoptimalkan kapasitas produksi berkisar 40-45 MT output lagi pada 5 tahun mendatang," ujarnya.

Sebagai informasi, tahun ini BYAN menganggarkan capex mencapai US$220 juta hingga US$300 juta untuk program peningkatan kapasitas produksi.

Alastair menjelaskan ada potensi realisasi capex tersendat layaknya tahun lalu, yakni hanya US$207,9 juta dari bujet US$267 juta, karena kondisi cuaca yang kurang bisa mendukung percepatan proses konstruksi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Hafiyyan
Editor : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper