Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Arab Saudi Minta Anggota OPEC+ Kurangi Kuota Produksi, Harga Minyak Menghijau

Harga minyak West Texas Intermediate (WTI) menguat 1,12% atau 0,84 poin menjadi US$75,70 per barel pada pukul 18.00 WIB.
Kilang minyak Petroleos de Venezuela SA (PDVSA) Amuay di Kompleks Kilang Paraguana di Punto Fijo, Negara Bagian Falcon, Venezuela, pada hari Sabtu, 19 Agustus 2023./Bloomberg
Kilang minyak Petroleos de Venezuela SA (PDVSA) Amuay di Kompleks Kilang Paraguana di Punto Fijo, Negara Bagian Falcon, Venezuela, pada hari Sabtu, 19 Agustus 2023./Bloomberg

Bisnis.comJAKARTA - Harga minyak mentah menguat menyusul kemungkinan penurunan produksi yang lebih dalam dari OPEC+, melampaui sentimen dari tanda-tanda pasokan global yang melebihi permintaan. 

Berdasarkan data Bloomberg, Selasa (28/11/2023), harga minyak West Texas Intermediate (WTI) kontrak Januari 2024 menguat 1,12% atau 0,84 poin menjadi US$75,70 per barel pada pukul 18.00  WIB.

Sementara itu, harga minyak patokan Brent kontrak Januari 2024 menguat 1,04% atau 0,83 poin ke US$80,81 per barel.

Harga minyak mentah WTI telah berada di dekat US$75 per barel. Kemudian, harga minyak mentah patokan Brent diperdagangan di atas US$80 per barel setelah kerugian selama empat hari berturut-turut, menyebabkan minyak berjangka menurun 3%.

Arab Saudi, sang pemimpin de facto OPEC+, telah meminta anggota lain untuk mengurangi kuota produksi mereka untuk menstabilkan pasar. Delegasi menuturkan bahwa beberapa anggota menolak. 

Kepala ekonomi dan strategi Asia di Mizuho Bank Ltd. menuturkan bahwa perlu untuk berhati-hati untuk tidak meremehkan tekad Saudi. 

“Tetapi akan sulit bagi mereka untuk mendapatkan dukungan dari semua negara anggota,” terangnya. 

Harga minyak mentah telah menurun sekitar seperlima sejak akhir September 2023 karena melimpahnya pasokan dan kekhawatiran terhadap latar belakang ekonomi global. Hal ini memberikan tekanan pada aliansi 23 negara tersebut, untuk melakukan intervensi pada pertemuan daring pada Kamis (28/11).

Pada pekan lalu, survei Bloomberg terhadap u menunjukkan sekitar setengah dari responden memperkirakan OPEC+ akan mengambil tindakan lebih lanjut untuk memperketat pasar. 

Menurut analis di Eurasia Group yang dipimpin oleh Raad Alkadiri, jika OPEC+ nantinya  tidak mengumumkan pengurangan tambahan sekitar 1 juta barel per hari selain pembatasan dari Arab Saudi, harga dapat menurun ke level terendah sekitar US$70-an per barel. 

Perusahaan lindung nilai (Hedge fund) menjadi semakin bearish terhadap minyak mentah, mencerminkan pelemahan tersebut. Menurut data mingguan terbaru dari ICE Futures Europe dan CFTC hingga 21 November 2023, para manajer keuangan memangkas gabungan posisi net-long Brent dan WTI ke level terendah sejak akhir Juni 2023. 

Kecenderungan opsi minyak juga telah menunjukkan bias bearish, sementara rentang waktu yang diawasi secara luas juga telah menurun.

Di tempat lainnya, badai di Laut Hitam juga menghentikan muatan komoditas, termasuk minyak dari pelabuhan-pelabuhan utama di Rusia dan Ukraina. Menurut operator pipa minyak Rusia, Transneft PJSC, badai ini diperkirakan akan berlangsung hampir sepanjang minggu ini.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper