Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

BI Tahan Suku Bunga Acuan, Simak Saham-Saham yang Tersengat

Analis memandang pasar telah memperkirakan aksi Bank Indonesia mempertahankan suku bunga acuan di level 6%.
Pegawai beraktivitas di dekat layar yang menampilkan data saham di PT Bursa Efek Indonesia di Jakarta, Rabu (2/8/2023). Bisnis/Himawan L Nugraha
Pegawai beraktivitas di dekat layar yang menampilkan data saham di PT Bursa Efek Indonesia di Jakarta, Rabu (2/8/2023). Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA - Bank Indonesia (BI) menahan suku bunga acuan pada level 6% pada Rapat Dewan Gubernur (RDB) hari ini, Kamis, 23 November 2023. Analis melihat pasar telah memperkirakan hal ini sebelumnya.

Presiden Direktur Kiwoom Sekuritas ChangKun Shin menjelaskan saat ini pasar telah memperkirakan BI masih akan menahan suku bunga. Menurut Shin, aksi BI mempertahankan suku bunga ini tidak akan berdampak terlalu signifikan ke pasar modal.

"Dampak keputusan BI terhadap market bisa positif jika BI menurunkan suku bunga," kata Shin, Kamis (23/11/2023).

Dia menjelaskan, peluang bagi BI untuk menurunkan suku bunga akan datang ketika kondisi penguatan rupiah berlanjut dan kembali di bawah level Rp15.400.

Menurutnya, kenaikan suku bunga sebelumnya berhasil membuat rupiah menguat dari level tertingginya yang sempat berada di level Rp15.900. Saat ini, kata Shin, rupiah berada di Rp15.565.

Adapun Kiwoom Sekuritas melihat investor dapat mencermati sektor keuangan, konsumer non-cyclical, dan saham-saham defensif ketika kondisi suku bunga tinggi.

Sementara itu, Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus mengatakan IHSG tidak akan terlalu terdampak oleh keputusan BI kali ini karena pelaku pasar dan investor meyakini suku bunga tidak akan berubah sampai tahun depan. 

"Tetapi akan beda cerita kalau misalnya The Fed sudah enggak sabar. Kalau inflasi tidak turun, mereka [The Fed] akan menaikkan suku bunga," ujar Nico, dihubungi Kamis (23/11/2023). 

Dengan hal tersebut, apabila inflasi di Amerika Serikat tidak turun, terdapat kemungkinan The Fed akan menaikkan tingkat suku bunga satu kali lagi agar inflasi turun. 

Nico melihat dampak dari keputusan tersebut secara jangka pendek akan menjadi negatif terhadap pasar modal, tetapi secara jangka panjang akan positif karena amunisi The Fed untuk mendorong turun inflasi telah habis. 

Adapun sentimen IHSG ke depan menurutnya akan datang dari data pekerjaan dan data inflasi, sebelum The Fed melakukan pertemuan. 

Sentimen kedua, adalah masa kampanye pemilu yang dimulai pada 28 November. Nico meyakini hal ini akan menjadi sentimen yang baik bagi pasar. 

Sentimen ketiga, adalah kinerja emiten di kuartal III/2023. Dengan kinerja tersebut, tidak menutup kemungkinan terjadinya window dressing di akhir tahun. 

Untuk sektor saham pilihan, Nico memilih sektor perbankan,serta  consumer goods dengan top picks saham ICBP, INDF, dan AMRT. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper