Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga Komoditas Hari Ini (21/11): Batu Bara dan CPO Melemah, Masih Lanjutkan Pelemahan

Harga batu bara dan CPO masih melanjutkan pelemahannya. Di sisi lain, minyak mentah berhasil menguat.
Proses pemuatan batu bara ke tongkang di Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur, Rabu (13/10/2021). Bloomberg/Dimas Ardian
Proses pemuatan batu bara ke tongkang di Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur, Rabu (13/10/2021). Bloomberg/Dimas Ardian

Bisnis.com, JAKARTA - Harga komoditas batu bara kontrak Desember melemah tiga hari berturut-turut. Harga CPO juga melemah meski sempat mengalami kenaikan terbatas. 

Berdasarkan data Bloomberg, harga batu bara ICE Newcastle kontrak Desember 2023 melemah -1,20% atau -1,5 poin ke level US$124 per metrik ton. Kemudian, batu bara ICE Newcastle kontrak Januari 2024 melemah -0,98% atau -1,25 poin ke level US$126,35 per metrik ton.

Impor batu bara China dari Rusia mengalami penurunan pada Oktober 2023 menurun ke level terendah dalam delapan bulan. Hal ini akibat harga yang kurang kompetitif dan permintaan penyetokan ulang yang lemah di perusahaan utilitas China sehingga mempengaruhi pembelian.

Tak hanya Rusia, impor dari Mongolia, terutama batu bara kokas menurun dari 6,71 juta ton menjadi 5,01 juta ton pada September 2023. Hal ini dipengaruhi libur nasional selama seminggu pada Oktober 2023. Pengiriman batu bara Indonesia juga turun bulan lalu, menjadi 15,78 juta ton dari 18,06 juta ton pada September.

Sementara itu, impor batu bara Australia mencapai 4,99 juta ton pada bulan Oktober 2023, sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan 4,9 juta ton pada bulan sebelumnya. Peningkatan ini dikarenakan China menghapus larangan perdagangan batu bara dengan Australia.

Namun, menurut sumber pasar dan analis, batu bara Australia sejak itu menjadi kurang menarik karena harganya meningkat dibandingkan dengan pasokan domestik.

Berdasarkan catatan Bisnis, pemerintah India mengatakan bahwa Australia meyakinkan pasokan batu bara kokas yang stabil kepada negaranya. Australia menyumbang lebih dari separuh impor batu bara kokas India, sekitar 70 juta metrik ton per tahun. 

Usaha Jerman untuk memenuhi target tampak semakin jauh setelah adanya keputusan pengadilan, yakni pembatalan pendanaan diluar anggaran sebesar 60 miliar euro untuk proyek-proyek energi bersih dan industri.

Akibat lonjakan harga energi selama krisis di seluruh wilayah tahun lalu, Jerman kemudian terpaksa menggunakan bahan bakar fosil.

Harga CPO     

Harga crude palm oil (CPO) atau minyak kelapa sawit untuk kontrak Desember 2023 di bursa derivatif Malaysia melemah -4 poin menjadi 3,805 ringgit per metrik ton. Sementara, untuk kontrak Januari 2024 juga melemah -1 poin menjadi 3,890 ringgit per metrik ton.

“Harga CPO di Bursa Malaysia terlihat diperdagangkan lebih tinggi menyusul kenaikan harga minyak kedelai di Chicago pada Jumat malam dan jam perdagangan Asia hari ini,” jelas kepala riset komoditas Sunvin Group yang berbasis di Mumbai, Anilkumar Bagani.

Namun, lanjutnya, kinerja ekspor minyak kelapa sawit yang sedikit lebih negatif dan nilai tukar ringgit yang menguat membatasi kenaikan kontrak berjangka minyak sawit dalam mata uang ringgit. 

Berdasarkan data dari surveyor kargo Intertek Testing Services dan AmSpec Agri Malaysia, ekspor produk minyak kelapa sawit Malaysia pada 1-20 November 2023 tampaknya akan menurun sekitar 2% dibandingkan periode yang sama pada bulan lalu. 

Harga minyak kedelai di Chicago Board of Trade (CBOT), BOc2, naik 0,80%. Kontrak minyak kedelai paling aktif di Dalian, DBYcv1, turun 0,12%,. Sementara kontrak minyak sawit, DCPcv1, turun 0,27%.

Harga minyak kelapa sawit dipengaruhi oleh harga minyak kedelai karena keduanya bersaing untuk mendapatkan bagian dalam pasar minyak nabati global.

Berdasarkan data Bloomberg, Ringgit Malaysia menguat 0,27% terhadap dolar AS pada penutupan Senin (20/11). 

Minyak Mentah

Di sisi lain, harga minyak mentah melanjutkan penguatan karena pelaku pasar meningkatkan spekulasi bahwa aliansi OPEC+ akan mengintervensi pasar untuk menopang harga.

Harga minyak West Texas Intermediate (WTI) kontrak Desember 2023 ditutup menguat 2,3% di level US$77,6 per barel di tengah spekulasi bahwa Arab Saudi dan sekutunya akan memperdalam pemangkasan produksi dalam pertemuan 26 November mendatang.

Sementara itu, harga minyak Brent ditutup menguat 2.1% ke level US$82.32 per barel.

Untuk menopang sentimen, Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya diharapkan untuk setidaknya menegaskan kembali kuota produksi yang ada untuk tahun 2024. Pemimpin OPEC, Arab Saudi, diprediksi akan melanjutkan pengurangan produksi 1 juta barel per hari hingga awal tahun depan.

Wakil Presiden Senior BOK Financial Securities Dennis Kissler mengatakan kemungkinan berlanjutnya pemangkasan produksi setelah pertemuan OPEC membuat para pembeli berbondong membeli hari ini.

“Kami menelusuri kembali beberapa kerugian minggu lalu di tengah-tengah gagasan bahwa aksi jual oleh likuidasi dana mungkin terlalu dibesar-besarkan," kata Kissler seperti dikutip Bloomberg.

Sementara itu, di Timur Tengah, risiko-risiko pengiriman menjadi fokus setelah sebuah kapal yang disewa Jepang disita di Laut Merah oleh pemberontak Houthi.

Nippon Yusen KK yang berbasis di Tokyo mengatakan bahwa kapal Galaxy Leader, sebuah kapal pengangkut kendaraan, ditangkap di bagian selatan jalur perairan tersebut pada hari Minggu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper