Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga Komoditas (20/11): Batu Bara Loyo Sepekan Terakhir, CPO Ikut Melemah

Harga batu bara dan CPO kontrak Desember 2023 kompak melemah sepanjang pekan lalu.
Aktivitas tambang batu bara di Tanjung Enim, Kabupaten Muara Enim, Sumatra Selatan. - Bisnis/Husnul Iga Puspita
Aktivitas tambang batu bara di Tanjung Enim, Kabupaten Muara Enim, Sumatra Selatan. - Bisnis/Husnul Iga Puspita

Bisnis.com, JAKARTA - Harga komoditas batu bara kontrak Desember 2023 melemah ketika Australia menjamin pasokan kepada India dan Jerman yang tampaknya semakin jauh memenuhi target iklim. CPO juga melemah imbas pelemahan minyak kedelai dan minyak mentah. 

Berdasarkan data Bloomberg, harga batu bara ICE Newcastle kontrak Desember 2023 melemah -0,36% atau -0,45 poin ke level US$125,50 per metrik ton pada Jumat (17/11/2023). Dalam sepekan terakhir, harga batu bara telah melemah 3,09%.

Mengutip Reuters, Senin (20/11/2023) pemerintah India menuturkan bahwa Australia telah meyakinkan negaranya pasokan batu bara kokas yang stabil. Adapun, pabrik-pabrik domestik di negaranya menghadapi kekurangan bahan baku utama pembuatan baja dan lonjakan harga.

Australia sendiri menyumbang lebih dari separuh impor batu bara kokas India, yaitu sekitar 70 juta metrik ton per tahun.

Pernyataan tersebut muncul setelah pejabat tertinggi di Kementerian Baja India, Nagendra Nath Sinha, bertemu dengan duta besar Australia untuk India di New Delhi, Philip Green. Keduanya juga membahas isu-isu lain, termasuk pengurangan emisi karbon oleh perusahaan baja India.

Mengutip Bloomberg, usaha Jerman untuk memenuhi target iklim tampaknya semakin jauh setelah adanya keputusan pengadilan. 

Para hakim di pengadilan konstitusi di Karlsruhe membatalkan pendanaan di luar anggaran sebesar 60 miliar euro untuk proyek-proyek energi bersih dan industri. Para pejabat pemerintah khawatir bahwa kendaraan pembiayaan serupa, mungkin sebanyak 770 miliar euro juga perlu diubah.

Hal tersebut menjadi pukulan bagi upaya dekarbonisasi ekonomi terbesar di Eropa dan menimbulkan pertanyaan mengenai apa yang akan dilakukan oleh para pembuat kebijakan selanjutnya. 

Jerman kemudian terpaksa menggunakan bahan bakar fosil untuk mengatasi lonjakan harga energi selama krisis di seluruh wilayah tahun lalu. 

Harga CPO     

Harga crude palm oil (CPO) atau minyak kelapa sawit untuk kontrak Desember 2023 di bursa derivatif Malaysia melemah -59 poin menjadi 3,810 ringgit per metrik ton. Sementara, untuk kontrak Januari 2024 juga melemah -67 poin menjadi 3,890 ringgit per metrik ton.

Harga minyak sawit berjangka Malaysia menurun pada Jumat (17/11) mengakhiri kenaikan empat sesi sebelumnya, dipengaruhi oleh pelemahan minyak kedelai saingan dan harga minyak mentah yang lebih rendah.

"Aksi ambil untung terjadi setelah reli minggu ini yang didukung oleh minyak mentah Dalian dan Chicago Board of Trade (CBOT) meskipun fundamentalnya tetap terjaga, termasuk ekspor yang lebih baik dan produksi yang lebih lambat. Yang perlu diperhatikan adalah berlanjutnya pelemahan minyak mentah," jelas pedagang yang berbasis di Kuala Lumpur. 

Harga minyak berada di jalur untuk penurunan minggu keempat berturut-turut karena harga tidak banyak berubah di awal perdagangan Asia, setelah turun ke level terendah empat bulan pada hari Kamis (16/11) akibat kekhawatiran terhadap permintaan global.

Pergerakan harga minyak mentah juga dapat mempengaruhi fluktuasi harga minyak kelapa sawit. 

Berdasarkan catatan Bisnis, Indonesia berencana untuk menetapkan harga referensi minyak sawit sebesar US$750,54 per metrik ton untuk 16-30 November 2023, naik dari US$748,94 per ton pada periode 15 hari sebelumnya. 

Menurut AmSpec Agri, ekspor produk minyak sawit Malaysia antara 1-15 November 2023 naik 6,4% menjadi 645.590 ton dibandingkan Oktober 2023.

Surveyor kargo Societe Generale de Surveillance memperkirakan ekspor produk minyak sawit Malaysia pada 1-15 November 2023 sebesar 602.510 ton.

Harga minyak kedelai di CBOT, BOcv1, turun 0,04%. Kontrak minyak kedelai paling aktif di Dalian, DBYcv1, turun 1,87%, sedangkan kontrak minyak sawit, DCPcv1, turun 1,66%.

Menurut analis teknikal Reuters, Wang Tao, minyak kelapa sawit FCPOc3 mungkin menguji kembali support pada 3,935 ringgit per metrik ton. Jika mengalami penurunan [di bawah itu] maka dapat menuju ke kisaran 3.895-3.917 ringgit. 

Menurut data Bloomberg, nilai tukar Malaysia terhadap dolar menguat 0,16% pada penutupan Jumat (17/11). Menguatnya ringgit membuat minyak sawit kurang menarik bagi pemegang mata uang asing.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper