Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

IHSG Beri Sinyal Bullish, Potensi Window Dressing Masih Terbuka

Analis menilai IHSG akan terpengaruh sentimen window dressing tahun ini, berkat penguatan rupiah yang berlanjut di tengah rilis data ekonomi yang membaik.
Pegawai beraktivitas di dekat layar yang menampilkan data saham di PT Bursa Efek Indonesia di Jakarta, Rabu (26/7/2023). Bisnis/Himawan L Nugraha
Pegawai beraktivitas di dekat layar yang menampilkan data saham di PT Bursa Efek Indonesia di Jakarta, Rabu (26/7/2023). Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mulai menunjukkan tanda penguatan. Analis memandang window dressing masih berpotensi terjadi di akhir tahun ini. 

Presiden Direktur Kiwoom Sekuritas ChangKun Shin menuturkan pihaknya melihat window dressing masih berpotensi terjadi di akhir tahun ini. Menurutnya, terdapat beberapa sentimen yang dapat mempengaruhi terjadinya window dressing. 

"Sentimen window dressing datang dari penguatan rupiah yang berlanjut di tengah rilis data ekonomi yang membaik," kata Shin, dikutip Minggu (19/11/2023). 

Selain itu, lanjutnya, dari sisi eksternal dari Amerika Serikat data inflasi mencatatkan pertumbuhan yang lebih rendah dari perkiraan. Akibat hal tersebut, The Fed mengambil sikap yang lebih dovish untuk sementara terkait arah kebijakan suku bunga. 

Sebagai informasi, IHSG tercatat telah menguat 1,85% secara year-to-date (YTD). Kinerja IHSG ini telah mengungguli indeks paling liquid, yakni LQ45 yang telah melemah 2,11%.

Kinerja IHSG yang menguat ini ditopang oleh saham-saham movers seperti BREN yang harganya telah meningkat 710,9%, AMMN naik 346,9%, dan BMRI naik 18,9%. Sementara itu, saham pemberat atau laggard untuk IHSG adalah MDKA yang telah turun 42,7%, BEBS turun 93,2%, dan ADRO turun 34%.

Adapun Shin melihat terdapat beberapa sektor yang dapat diperhatikan investor hingga akhir tahun, yakni sektor finance dan telekomunikasi yang menurutnya berpotensi menopang pergerakan IHSG. Shin merekomendasikan saham-saham seperti BBCA, BBRI, BBNI, BMRI, dan TLKM. 

"Selain itu juga saham ASII. TLKM dan ASII harganya sudah turun dalam dan secara valuasi sudah terdiskon, kemudian asing dalam pergerakan 1-2 hari terakhir asing mulai melakukan net buy," ucap Shin.

Pada bagian lain, sejumlah saham yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) seperti AMMN, NCKL, RAAM, dan MAHA masuk ke dalam indeks FTSE.

The Financial Times Stock Exchange (FTSE) adalah indeks global yang menjadi 1 dari 3 provider besar. Indeks tersebut menyediakan tolak ukur yang inovatif, analisa dan solusi data bagi investor di seluruh dunia selama lebih dari 30 tahun. FTSE juga mendalami penelitian untuk ESG dengan proses rating yang transparan dan objektif karena menggunakan lebih dari 300 indikator.

Financial Times Stock Exchange (FTSE) Russel Group merupakan organisasi finansial di Inggris yang memiliki spesialisasi menyediakan indeks untuk acuan pasar keuangan global.

Suatu saham yang masuk dalam kriteria FTSE dinilai memiliki fundamental yang kuat dan likuiditas yang baik. Alhasil, saham yang masuk indeks FTSE berpotensi menjadi pertimbangan investor, terutama investor asing.

________________

Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper