Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Produksi Batu Bara ITMG 13,4 Juta Ton, Mayoritas Dijual ke China

PT Indo Tambangraya Megah Tbk. (ITMG) mencatatkan kenaikan produksi batu bara mencapai 13,4 juta ton naik 0,9%.
Chief Executive Officer Banpu Public Company Limited Somruedee Somphong (kanan) dan Direktur Utama PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG) Mulianto saat wawancara di Kabupaten Tangerang, Banten, Selasa (14/11/2023). JIBI/Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Chief Executive Officer Banpu Public Company Limited Somruedee Somphong (kanan) dan Direktur Utama PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG) Mulianto saat wawancara di Kabupaten Tangerang, Banten, Selasa (14/11/2023). JIBI/Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA – PT Indo Tambangraya Megah Tbk. (ITMG) mencatatkan kenaikan produksi batu bara mencapai 13,4 juta ton naik 0,9% dibandingkan tahun sebelumnya sampai September 2023.

Pencapaian ini melampaui target, didukung kondisi cuaca yang bersahabat dan manajemen operasional yang efektif. Di tengah harga acuan batubara global yang cenderung menurun, ITMG membukukan pendapatan bersih sebesar US$1,8 miliar sampai kuartal III/2023, dengan laba kotor sebesar USD 610 juta, dan marjin laba kotor sebesar 33%.

Rata-rata total biaya tercatat sebesar US$ 83 per ton, atau lebih rendah 7% dari kurun waktu yang sama tahun lalu. Sedangkan laba bersih pada sembilan bulan pertama tahun 2023 tercatat sebesar US$405 juta.

Sejalan dengan dan laba bersih, Perusahaan juga memiliki posisi kas dan setara kas yang solid sebesar US$0,9 miliar. Adapun laba bersih per saham dibukukan sebesar USD 0,36 per saham.

Pada sembilan bulan pertama tahun 2023, ITMG mencatat volume penjualan sebanyak 15,3 juta ton yang dipasarkan ke China (5,4 juta ton), Indonesia (3,6 juta ton), Jepang (1,9 juta ton), Filipina (1,2 juta ton), Thailand (0,8 juta ton) dan negara-negara lain di Asia Pasifik dan Eropa.

Untuk tahun 2023, Manajemen ITMG menargetkan volume produksi 16,9 juta ton dengan volume penjualan sebesar 21,1 juta ton. Dari target volume penjualan tersebut, 77% harga jualnya telah ditetapkan sedangkan 23% sisanya mengacu pada indeks harga batubara.

ITMG terus mengembangkan tambang-tambang baru yang dimiliki, salah satunya adalah PT Graha Panca Karsa (GPK). Konsesi ini memiliki Izin Usaha Pertambangan (IUP) dengan total area seluas 5.060 hektar.

Sejak tahun lalu sampai dengan triwulan ketiga tahun 2023, GPK telah melakukan beberapa persiapan guna memulai operasi tambang di tahun depan, di antaranya pembersihan lahan dan persiapan area pelabuhan dan jalan angkut, memulai kegiatan pengeboran untuk pengambilan sampel geoteknik, melakukan desain teknik, fabrikasi dan menentukan lokasi penambangan yang potensial.

Kegiatan persiapan akan terus dilakukan hingga GPK memulai produksi batubara pada tahun 2024. Batubara dari GPK akan meningkatkan volume produksi ITM secara keseluruhan serta memperkaya kualitas batubara yang dimiliki ITM, sehingga semakin dapat memenuhi kebutuhan pelanggan yang beragam.

ITMG telah menetapkan arah strategis Perusahaan dalam bisnis energi terbarukan, yang terdiri dari pembangkitan energi dan teknologi energi. Dalam hal pembangkitan energy. ITMG berencana mengembangkan ladang panel surya serta sumber energi terbarukan lainnya.

Dalam hal teknologi energi, ITMG mengembangkan layanan pemasangan panel surya atap yang ditargetkan untuk sektor komersial dan industri. Prakarsa ini diperkuat dengan peningkatan efisiensi energi melalui perbaikan proses, penggunaan peralatan yang lebih efisien, dan penerapan teknologi penghematan energi, sehingga berkontribusi pada pemanfaatan energi yang semakin efisien.

Selain itu, kerja sama strategis juga dijajaki guna mendorong inovasi dan memperkuat ekosistem energi terbarukan yang ada. ITMG, melalui anak usaha yang bergerak di bidang energy terbarukan, PT ITM Bhinneka Power (IBP), baru mengakuisisi 65% saham PT Centra Multi Suryanesia Aset (Suryanesia) dengan tujuan untuk memperluas kapasitas bisnis atap surya melalui kemitraan bisnis serta sejalan dengan arah strategis perusahaan dalam bisnis energy terbarukan.

Suryanesia menerapkan model bisnis ”Solaras-a-Service”, yaitu pendekatan layanan bagi pelanggan tanpa mengeluarkan investasi awal terhadap sistem atap surya yang akan digunakan pelanggan dan membayar biaya bulanan sesuai dengan listrik yang dihasilkan oleh sistem atap surya tersebut.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Pandu Gumilar
Editor : Pandu Gumilar
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper