Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nasib Saham Unilever (UNVR) & Starbucks (MAPB) di Tengah Seruan Boikot Israel

Seruan boikot terhadap produk-produk yang diduga pro Israel telah membawa laju saham emiten di dalam negeri seperi Unilever (UNVR) dan MAPB ke zona merah.
Seruan boikot terhadap produk-produk yang diduga pro Israel telah membawa laju saham emiten di dalam negeri seperi Unilever (UNVR) dan MAPB ke zona merah. Bisnis/Arief Hermawan P
Seruan boikot terhadap produk-produk yang diduga pro Israel telah membawa laju saham emiten di dalam negeri seperi Unilever (UNVR) dan MAPB ke zona merah. Bisnis/Arief Hermawan P

Bisnis.com, JAKARTA — Seruan boikot terhadap produk-produk yang diduga pro Israel telah membawa laju saham emiten di dalam negeri, seperti PT Unilever Indonesia Tbk. (UNVR) dan pengelola Starbucks di Indonesia yakni PT MAP Boga Adiperkasa Tbk. (MAPB) ke zona merah.

Berdasarkan data RTI Business, saham UNVR terpantau menurun 1,13% ke level Rp3.490 pada perdagangan hari ini, Selasa (14/11/2023) pukul 11.31 WIB. Pada hari sebelumnya, saham UNVR juga bergerak ke zona merah dengan penurunan sebesar 1,67%. 

Jika ditarik lebih jauh, saham UNVR sudah melemah 2,24% selama satu pekan terakhir dan merosot 8,88% dalam kurun satu bulan terakhir. Tren penurunan saham Unilever mulai terjadi sejak pada 26 Oktober lalu dan terus mengalami pelemahan hingga kini. 

Sementara itu, saham MAPB mencatatkan penurunan sebesar 2,76% menuju level Rp1.935 pada penutupan perdagangan kemarin. Pada hari ini hingga pukul 11.38 WIB, saham perseroan kembali menguat 2,58% menuju level Rp1.985.

Dalam sepekan terakhir, saham pengelola jenama Starbuck, Pizza Marzano hingga Subway ini mencatatkan penurunan sebesar 0,25%. Adapun sepanjang tahun berjalan atau year-to-date (YtD), saham MAPB masih membukukan kenaikan 4,75%.

Dalam pemberitaan Bisnis sebelumnya, Majelis Ulama Indonesia (MUI) telah mengeluarkan fatwa terbaru yang mengharamkan penggunaan produk pro Israel atau pun merek terafiliasi.

Larangan itu tercantum dalam Fatwa MUI No. 28/2023 tentang Hukum Dukungan terhadap Perjuangan Palestina. MUI meminta umat Islam untuk menghindari penggunaan produk pendukung Israel.

Ketua MUI Bidang Fatwa, KH Asrorun Niam Sholeh mengatakan mendukung Israel dan menggunakan produk Israel dan pro Israel hukumnya haram. Umat muslim diwajibkan memperjuangkan kemerdekaan Palestina atas agresi Israel.

“Mendukung pihak yang diketahui mendukung agresi Israel, baik langsung maupun tidak langsung, seperti dengan membeli produk dari produsen yang secara nyata mendukung agresi Israel hukumnya haram," kata Niam dalam keterangan resminya, dikutip Senin (13/11/2023).

Dia mengimbau umat Islam untuk semaksimal mungkin menghindari transaksi dan penggunaan produk yang berafiliasi dengan Israel serta yang mendukung penjajahan dan zionisme.

Menurut laporan dari kelompok pro-Palestina, terdapat ratusan produk yang diduga berafiliasi dengan Israel. Produk-produk ini mencakup berbagai macam merek, mulai dari makanan dan minuman, hingga produk teknologi dan fashion.

Adapun gerakan global boikot produk Israel secara global dikampanyekan dengan tajuk BDS (Boycott, Divestment, Sanctions). DBS merupakan salah satu inisiatif global yang menentang pelanggaran hak-hak Palestina oleh Israel.

Melansir akun media sosial X, @BDSmovement, ada beberapa produk disebut pro Israel seperti Starbucks, Pizza Hut, McDonald's, Puma hingga HP.

Berikut daftar produk-produk yang diboikot karena diduga terafiliasi Israel:

1.Makanan dan minuman: Danone, McDonald's, Starbucks, Coca-Cola, Burger King, Pizza Hut, Papa John's, Nestle, Jaffa, Eden, Strauss, Tivall, Nestle

2.Teknologi: Motorola, Intel, IBM, AOL, META

3.Kosmetik: L'Oréal, Revlon, Estée Lauder, Kimberly-Clark, 4.Pakaian: M&S, Timberland, River Island, Delta,

Sebagai informasi, produk-produk di atas merupakan merek dagang yang terkena seruan boikot di media sosial TikTok dan Twitter. Namun, belum dikonfirmasi lebih lanjut apakah produk-produk di atas merupakan buatan Israel dan berafiliasi dengan Israel atau tidak.

________

Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper