Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Penguatan Imbal Hasil Obligasi AS, Menjegal Pergerakan Wall Street

Wall Street turun pada akhir perdagangan Jumat pagi WIB dipicu yield atau imbal hasil obligasi Pemerintah AS yang naik
Karyawan berada di Bursa Efek New York (NYSE) di New York, AS, Senin (27/6/2022). Bloomberg/Michael Nagle
Karyawan berada di Bursa Efek New York (NYSE) di New York, AS, Senin (27/6/2022). Bloomberg/Michael Nagle

Bisnis.com, JAKARTA - Wall Street turun pada akhir perdagangan Jumat pagi WIB dipicu yield atau imbal hasil obligasi Pemerintah AS yang naik setelah lelang obligasi 30 tahun yang mengecewakan dan komentar dari Ketua Federal Reserve Jerome Powell.

Indeks Dow Jones Industrial Average terkoreksi 220,33 poin atau 0,65 persen ke 33.891,94, indeks S&P 500 turun 35,43 poin atau 0,81 persen ke 4.347,35, dan Indeks Komposit Nasdaq melemah 128,97 poin atau 0,94 persen ke 13.521,45.

Powell mengatakan para pejabat bank sentral tidak yakin suku bunga cukup tinggi untuk mengendalikan inflasi dan mungkin tidak mendapatkan lebih banyak bantuan dari perbaikan pasokan barang, jasa dan tenaga kerja.

Saham-saham bergerak sedikit lebih turun sebelum komentar Powell karena imbal hasil naik setelah lemahnya lelang obligasi pemerintah AS tenor 30 tahun senilai 24 miliar dolar AS dengan permintaan utang sebesar 2,24 kali lipat dari penjualan obligasi.

Imbal hasil obligasi pemerintah AS tenor 10 tahun terakhir naik 12,8 basis poin menjadi 4,636 persen setelah naik setinggi 4,654 persen pada hari itu.

Kepala Ekonom Pasar Spartan Capital Securities Peter Cardillo di New York mengatakan, Powell mengambil sudut pandang hawkish lagi.

"Dia meyakinkan pasar bahwa perjuangan melawan inflasi belum dimenangkan dan jika kondisi perekonomian memungkinkan, mereka tidak akan ragu untuk menaikkan suku bunga lagi," ujar Cardillo.

Menurut Cardillo, Powell mengatakan kepada pasar untuk tidak terlalu berpuas diri dan hal itu memberikan tekanan pada saham.

Penurunan tersebut menandai persentase penurunan satu hari terbesar bagi S&P dan Nasdaq sejak 26 Oktober dan terbesar bagi Dow Jones sejak 27 Oktober.

Ekuitas menguat karena melemahnya data ekonomi, termasuk laporan gaji bulanan, dan karena imbal hasil obligasi pemerintah AS turun dari level tertinggi dalam beberapa tahun di tengah pandangan bahwa pertemuan kebijakan terbaru The Fed mengisyaratkan bank sentral telah selesai dengan siklus kenaikan suku bunganya.

Setelah reli kuat di Wall Street minggu lalu, laju kenaikan saham melambat, dan penurunan pada Kamis (9/11) mengakhiri kenaikan delapan sesi berturut-turut untuk S&P 500 dan sembilan sesi kenaikan berturut-turut untuk Nasdaq, yang terpanjang untuk masing-masing kenaikan sejak November 2021.

Sebagian besar pedagang bertaruh bahwa Fed akan mempertahankan suku bunga tahun ini bahkan setelah komentar Powell, tetapi sekarang diperkirakan penurunan suku bunga akan dimulai pada 2024, menurut FedWatch Tool dari CME Group.

Beberapa pengambil kebijakan telah mengambil sikap hawkish pada minggu ini untuk menghalangi ekspektasi penurunan suku bunga, dan beberapa di antaranya menekankan pendekatan kebijakan yang bergantung pada data.

Sementara itu, laporan Departemen Tenaga Kerja AS menunjukkan klaim pengangguran turun tipis pada minggu lalu menjadi 217.000 klaim, mengindikasikan PHK belum meningkat meskipun ada tanda-tanda pasar tenaga kerja yang melemah.

Saham Walt Disney melonjak 6,9 persen karena laba kuartalannya dan ketika para aktor Hollywood mencapai kesepakatan tentatif dengan studio-studio besar.

Kesebelas sektor utama S&P melemah, dipimpin oleh penurunan sektor kesehatan dan sektor diskresioner konsumen dengan penurunan masing-masing sekitar 2 persen.

Sementara saham perusahaan semikonduktor Arm Holdings turun 5,2 persen karena perkiraan penjualan kuartal ketiga yang suram.

Volume perdagangan di bursa AS mencapai 11,36 miliar saham dibandingkan dengan rata-rata 10,97 miliar saham untuk sesi penuh selama 20 hari perdagangan terakhir.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Pandu Gumilar
Editor : Pandu Gumilar
Sumber : Antara
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper