Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Grup Salim (META) Beberkan Pertimbangan Delisting dari Bursa Efek Indonesia

Grup Salim PT Nusantara Infrastructure Tbk. (META) menjelaskan sejumlah pertimbangan perseroan delisting dari Bursa.
Farid Firdaus,Hafiyyan
Farid Firdaus & Hafiyyan - Bisnis.com
Jumat, 10 November 2023 | 21:10
Anthoni Salim (kanan), konglomerat pemimpin Grup Salim. Entitas Grup Salim, PT Nusantara Infrastructure Tbk. (META) menjelaskan sejumlah pertimbangan perseroan delisting dari Bursa. /Bisnis-Dedi Gunawan
Anthoni Salim (kanan), konglomerat pemimpin Grup Salim. Entitas Grup Salim, PT Nusantara Infrastructure Tbk. (META) menjelaskan sejumlah pertimbangan perseroan delisting dari Bursa. /Bisnis-Dedi Gunawan

Bisnis.com, JAKARTA – Grup Salim PT Nusantara Infrastructure Tbk. (META) menjelaskan sejumlah pertimbangan perseroan delisting atau keluar dari pencatatan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI).

Dalam pengumuman tertulis manajemen META, ada sejumlah hal yang mendasari META melakukan delisting. Pertama, setelah Penambahan Modal dengan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu atau Rights Issue di tahun 2010 dan 2018, META tidak melakukan penggalangan dana (capital raising) dari pasar modal dan tidak ada rencana untuk melakukannya di masa depan.

Kedua, kinerja keuangan per 30 Juni 2023 dan 30 September 2023 perseroan merugi. Ketiga, perseroan tidak memberikan dividen kepada pemegang sahamnya setelah tahun buku 2018.

Keempat, terdapat rencana pengembangan di anak usaha sektor jalan tol yang membutuhkan pendanaan besar (capital intensive) dan karakteristik usaha tersebut membutuhkan periode yang lama untuk menghasilkan imbal balik investasi (return on investment).

Sebagai akibatnya dapat menambah jangka waktu lebih panjang lagi untuk dapat memberikan dividen kepada pemegang sahamnya.

"Dengan Rencana Go Private, Pemegang Saham akan memiliki kesempatan untuk menjual kepemilikan Saham mereka dengan harga yang wajar dengan tetap mengacu pada ketentuan hukum yang berlaku," jelas manajemen META.

Berdasarkan pengumuman BEI, dikutip Rabu (8/11/2023), META menyampaikan rencana untuk melakukan go private dan voluntary delisting kepada Bursa setelah memperoleh persetujuan dari pemegang saham melalui Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) perseroan yang akan dilaksanakan pada 19 Desember 2023.

“Sehubungan dengan hal tersebut Bursa memutuskan untuk melakukan penghentian sementara perdagangan efek Perseroan di seluruh pasar terhitung sejak sesi I perdagangan efek hari Rabu, 8 November 2023 hingga pengumuman lebih lanjut,” kata BEI.

Bursa meminta kepada pihak yang berkepentingan untuk selalu memperhatikan keterbukaan informasi yang disampaikan oleh META khususnya yang berhubungan dengan rencana META untuk melakukan go private dan voluntary delisting.

Baru-baru ini META juga mengungkapkan tujuan di balik rencana akuisisi saham anak usaha perseroan, PT Margautama Nusantara (MUN) oleh GIC Singapura.

Berdasarkan keterangan First Pacific, Senin (6/11/2023), GIC Singapura melalui anak usahanya Warrington Investement Pte Ltd berencana mengakuisisi 33% saham PT Margautama Nusantara (MUN), anak usaha PT Nusantara Infrastructure Tbk. (META). Nilai transaksi akuisisi ini mencapai Rp3,31 triliun.

Pada saat yang sama, Grup Salim sebagai pemegang saham META juga ikut menyuntik modal ke MUN. Caranya, PT Metro Pacific Tollways Indonesia (MPTI) berencana membeli sebanyak 833 saham utama di MUN atau mewakili sekitar 10,3% kepemilikan saham MUN. Nilai pembelian saham ini sekitar Rp1,03 triliun, atau setara US$65,4 juta.

Head of Corporate Communication & CSR PT Nusantara Infrastructure Indah D.P. Pertiwi mengatakan META melalui anak usahanya MUN telah menandatangani perjanjian pengambilbagian saham dengan WIPL dan MPTI pada 3 November 2023 di Gedung Equity, Jakarta.

"Transaksi ini bertujuan untuk menyelesaikan pelunasan hutang pembelian MBZ, yang diakuisisi pada Desember tahun lalu,” kata dia dalam keterangan resmi, Senin (6/11/2023).

WIPL merupakan perusahaan induk investasi yang dibentuk dan didirikan di Singapura yang juga merupakan anak perusahaan dari GIC Ventures, perusahaan di bawah naungan Kementerian Keuangan yang memiliki dan mengelola aset Pemerintah Singapura.

Sementara itu, MPTI merupakan anak usaha tidak langsung dari Metro Pacific Tollways Corporation (MPTC) yang juga merupakan operator jalan tol terbesar di Filipina. Dalam hal ini, MPTI juga merupakan holding company dari Nusantara Infrastructure.

Sebagai informasi, pada penghujung tahun 2022, MUN secara resmi telah membeli 40% kepemilikan saham PT Jasamarga Jalanlayang Cikampek (JJC), pengelola Jalan Layang Mohamed Bin Zayed (MBZ) sepanjang 38 kilometer.

MBZ merupakan salah satu jalur tol strategis di Indonesia yang memiliki peran penting dalam jaringan Jalan Tol Trans Jawa, sekaligus sebagai solusi dalam mengurai kepadatan lalu lintas di jalur Jakarta-Cikampek

Corporate action ini diharapkan dapat semakin memperkuat kinerja keuangan perusahaan saat ini dan ke depannya,” kata Indah

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Farid Firdaus & Hafiyyan
Editor : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper